Rabu, 07 Mei 2008

Kenapa Si Kecil Belum Bisa Ngomong ?

Banyak orangtua khawatir dengan perkembangan kemampuan bicara anak. Sejauh mana keterlambatan disebut normal dan keterlambatan seperti apa yang harus mendapat penanganan ahli? Berikut penjelasan Anna Surti Ariani, Psi., psikolog keluarga yang berpraktik di beberapa tempat.

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BICARA

Usia (12-18 bulan):

Kemampuan yang dikuasai:
- Mengucapkan kata pertama.
- Mengucapkan antara 1-5 kata yang agak jelas, seperti papa, mama, bola, maem, dan sebagainya. Ada juga kata-kata yang kurang jelas, tapi cenderung diucapkannya berulang-ulang. Misal, kata “tak” untuk menyebut cicak atau “num” untuk minum.
- Menggunakan jari untuk menunjuk-nunjuk sesuatu yang dimaksud sebagai ganti kata-kata yang belum bisa diucapkannya. Contoh, anak mau minum sedangkan gelasnya ada di atas meja dan tidak terjangkau olehnya, padahal ia juga belum bisa mengatakannya, maka ia akan menarik tangan orangtua ke dekat meja sambil menunjuk-nunjuk gelas yang dimaksud.

Disebut terlambat bila :
- Sampai usia 18 bulan belum mengeluarkan kata pertama sama sekali; belum bisa babbling atau mengeluarkan bunyi baba, dada, mama, papa; belum mengerti nama-nama anggota tubuh utama, seperti tangan, kaki, kepala.

Usia (19-24 bulan):
Kemampuan yang dikuasai:
- Menguasai 200-an kosakata, walaupun yang bisa diekspresikan mungkin baru sekitar 50-an.
- Biasanya di usia ini juga ada “ledakan bahasa”, artinya setiap hari ada penambahan kosakata baru. Sebenarnya kosakata itu sudah terekam di kepala atau bukan kata baru, walaupun ada juga kemungkinan kata baru sama sekali.
- Mulai membuat kalimat pertama yang terdiri dari 2 kata. Contoh, “Mama bola” untuk mengajak mamanya main bola. Tata bahasa biasanya belum terbentuk.

Disebut terlambat bila :
- Sangat jarang berusaha meniru kata-kata orang lain.
- Banyak sekali konsonan yang hilang. Contoh, kata “oya” untuk mengatakan bola atau “oi” untuk mobil.
- Tidak kelihatan frustrasi walaupun kita berulang kali tidak mengerti kata-kata yang diucapkannya.
- Hanya bisa mengungkapkan satu kata saja yang bahkan tidak utuh.
- Bahasa “menunjuk-nunjukkan tangan” belum muncul atau hanya sesekali aja.

Usia (24-30 bulan):
Kemampuan yang dikuasai:
- Biasanya anak sudah lebih cerewet.
- Cenderung berteriak ketika harus berbicara dengan nada biasa atau bisik-bisik. Ini karena anak belum bisa menyesuaikan nada bicara, tapi ia segera belajar di usia ini.
- Kosakata yang dikuasainya bertambah banyak dan makin sering berlatih menggunakan berbagai kata baru dalam kalimat.
- Mulai bicara dengan 3 kata dalam 1 kalimat dan menggunakan tata bahasa sederhana. Contoh, “Kucing mau bobok.”

Disebut terlambat bila :
- Belum hapal nama-nama benda yang ditemui sehari-hari, seperti bola, mobil, boneka, dan sebagainya.
- Kata-kata yang diucapkannya sama sekali tak bisa dimengerti orang lain yang bukan pengasuh atau orangtuanya. Hal ini juga sering kali dikeluhkan guru di playgroup, karena mereka tidak mengerti kata-kata yang diucapkan anak walau orangtua atau pengasuhnya mengerti.
- Belum bisa menggunakan 2-3 kata dalam 1 kalimat.
- Jika mengucapkan sesuatu terlihat berusaha sangat keras, misalnya sampai ngeces atau raut muka berubah dan gemetaran.

Usia (30-36 bulan):
Kemampuan yang dikuasai:
- Sudah lebih cerewet.
- Tata bahasa sudah lebih oke lagi. Pada beberapa anak, kalimatnya sudah lebih kompleks. Misal, tidak sekadar mengatakan, “Aku mau pipis,” tapi sudah bisa mengatakan, “Aku mau ke WC dulu.”
- Kosakata di akhir bulan ke-36 diharapkan sampai 1.000 meski yang diucapkan mungkin tak sebanyak itu.

MENGAPA TERLAMBAT?

Beberapa faktor yang menyebabkan anak terlambat bicara, di antaranya:

* Anak-anak yang diasuh oleh orangtua/pengasuh yang pendiam sering kali jadi kurang terstimulasi. Begitu juga anak-anak yang setiap hari kegiatannya hanya menonton teve.
* Anak-anak yang dimanja sehingga tanpa bicara pun, misalnya hanya menunjuk-nunjuk, sudah mendapatkan apa yang diinginkannya.
* Otot bicara kurang dilatih. Seperti diketahui, organ bicara dan organ untuk makan adalah sama, jadi anak-anak yang sampai usia ini masih makan makanan yang dihaluskan bisa berakibat otot bicaranya kurang terlatih.
* Adanya gangguan perkembangan seperti pemusatan perhatian, autisme, mental retardation, disfasia dan sebagainya.
* Adanya keterbatasan fisik seperti pendengaran terganggu, otot bicara kurang sempurna, bibir sumbing, dan sebagainya.

CARA MENGATASI

Ada keterlambatan bicara yang masih bisa diupayakan untuk diatasi sendiri oleh orangtua, tapi ada juga yang harus melibatkan ahli.

* Keterlambatan yang bisa diatasi sendiri.

1. Menyebut nama-nama anggota tubuh. Misal, anak berdiri di depan kaca, tunjuk anggota tubuh yang dimaksud sambil menyebutkan namanya, "Ini tangan Mama, ini tangan Adek."

2. Ketika anak bicara tidak jelas tapi kita mengerti maksudnya, coba betulkan kata-katanya lalu minta ia bicara lebih jelas lagi, baru kemudian penuhi permintaannya. Contoh, si kecil minta susu tapi hanya menunjuk-nunjuk, orangtua bisa mengatakan, "Susu" atau "Mau susu, ayo bilang dulu."

3. Mengucapkan nama benda yang digunakan sehari-hari dengan cara terus mengulang-ulang dan memintanya mengikuti.

4. Ketika seharusnya anak sudah bisa mengucapkan 2-3 kata dalam satu kalimat tapi ia hanya mengucapkan satu kata, minta ia mengatakan dengan benar. Umpama, anak hanya mengatakan "ayam" untuk makan ayam goreng, berikan contoh bagaimana seharusnya, "Adek mau makan ayam gorengnya? Ayo bilang, makan ayam," dengan suara lebih keras dan minta ia mengulanginya.

5. Jika ada konsonan-konsonan yang masih sulit diucapkannya di usia 12-18 bulan, beri kesempatan untuk terus meng- ulanginya.

6. Sering-seringlah mengajak anak bicara. Sesekali keraskan suara atau pertegas intonasinya bila anak terlihat tak mengerti.

* Keterlambatan yang harus melibatkan ahli.

1. Sampai usia 12 bulan sama sekali belum bisa babbling.

2. Sampai usia 18 bulan belum ada kata pertama yang cukup jelas, padahal sudah dirangsang dengan berbagai cara.

3. Terlihat kesulitan mengucapkan beberapa konsonan.

4. Sepertinya tidak memahami kata-kata yang kita ucapkan.

5. Terlihat berusaha sangat keras untuk mengatakan sesuatu, misalnya sampai ngeces atau raut muka berubah.

TIP Untuk ORANGTUA

* Banyak-banyak mengajak anak bicara. Walaupun mereka sepertinya belum mengerti, tapi kata-kata tersebut akan diingatnya dan suatu saat akan diekspresikannya.

* Hati-hati dalam memilih kata di depan anak. Karena anak sangat mudah menyerap dan mengingat, jangan mengucapkan kata-kata kotor/umpatan.

* Supaya lebih mudah dimengerti, ajak anak ngobrol dalam suasana yang menyenangkan. Misal, ketika bicara tentang hujan, orangtua memperbolehkan anak menadahkan tangan untuk menampung air hujan sambil bercerita saat hujan seluruh tanaman akan basah. Bisa juga sambil menyanyikan lagu-lagu tentang hujan.

* Ketika bicara usahakan anak memang sedang menaruh perhatian. Apakah matanya sedang melihat ke arah kita/benda yang kita tunjukkan atau ke arah lain. Bila anak terlihat memerhatikan sesuatu, ajak ia bicara mengenai hal/benda yang sedang diperhatikannya itu.

* Berikan makanan padat sesuai usia anak untuk merangsang otot bicaranya.

* Jangan mudah menyerah untuk terus mengajaknya bicara.


DISFASIA

Disfasia adalah gangguan perkembangan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan kemampuan anak seharusnya.

? Penyebab:Adanya gangguan di pusat bicara yang ada di otak.

? Ciri-ciri:· Usia 1 tahun belum bisa mengucapkan kata spontan yang bermakna, seperti mama, papa.· Kemampuan bicara reseptif (menangkap pembicaraan orang lain) sudah baik tapi kemampuanbiacara ekspresif (menyampaikan suatu maksud) mengalami keterlambatan.· Karena organ bicara sama dengan organ untuk makan, maka biasanya anak ini mempunyai masalah dengan makan atau menyedot susu dari botol.

? Jenis:· Murni disfasia.Murni disfasia adalah seperti penjelasan di atas.· Disfasia sebagai gejala awal gangguan lain.

Gangguan perkembangan bahasa sebagai gejala awal, contohnya seperti yang terjadi pada anak autis. Untuk mengatasinya, gangguan utamanya dulu yang diselesaikan, baru kemudian dilakukan terapi seperti anak yang murni disfasia.

? Cara penanganan:

- Dokter anak akan memberikan obat untuk membantu memperbaiki sel-sel yang rusak di pusat bicara.

- Bersamaan dengan itu akan dilihat fungsi organ bicaranya, apakah juga ada gangguan atau tidak.

- Terapi wicara akan dilakukan dengan cara latihan otot bicara, seperti latihan meniup, menyedot, menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan, dan sebagainya. Kemudian anak diminta untuk menirukan bunyi, kata, baru kemudian kalimat.


TERAPI SENDIRI DI RUMAH

Ada beberapa teknik yang biasanya digunakan terapis wicara untuk membantu anak yang kesulitan bicara. Teknik-teknik tersebut juga bisa dilakukan orangtua di rumah untuk menyempurnakan perkembangan otot bicara anak. Berikut caranya:

* Meniup balon sampai besar, atau membuat gelembung balon dari air sabun.

* Meniup gumpalan tisu dari ujung meja satu ke ujung meja lainnya.

* Meniup lilin.

* Main seruling/terompet.

* Minum dengan sedotan kecil, atau sedotan yang berkelok- kelok.

* Berteriak dengan mulut terbuka lebar mengucapkan, "a e i o u"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar