Penelitian yang berlangsung di AS itu menemukan hubungan langsung antara keinginan menjadi langsing dan merokok di kalangan gadis muda.
Survei dari 273 gadis remaja menghasilkan bahwa yang ingin angsing biasanya akan merokok. Kontras dengan mereka yang tak kuatir dengan berat badan, sedikit yang memiliki kebiasaan merokok.
Survei Telepon
Penemuan itu berdasarkan survey melalui telepon pada gadis-gadis di Massachusetts yang berusia antara 12 dan 15.
Pada survei pertama yang dilakukan pada 1993, gadis-gadis itu ditanya apakah mereka ingin langsing? Pada survei kedua, 4 tahun kemudian, mereka ditanya apakah mereka mulai merokok. Pada saat ini hampir satu dari 4 gadis mulai merokok.
Periset yang berasal dari Universitas Boston dan Okayama Jepang, menemukan bahwa gadis yang mempunyai keinginan tinggi menjadi langsing lebih berpotensi 4 kali lipat menjadi perokok.
Gadis yang akhirnya menjadi perokok adalah 93% yang menyatakan sangat penting menjadi langsing. Bandingkan dengan 7% yang tidak merokok.
Bagaimanapun, sejumlah gadis menyatakan mereka percaya merokok dapat membantu menjaga berat badan mereka. Ini memicu penelitian bahwa ada faktor lain yang menjadi dorongan bagi gadis untuk mulai merokok. Meski demikian, menurut ahli, mengubah presepsi para gadis tentang langsing akan membantu mereka berhenti merokok.
Ditulis pada jurnal Tobacco Control, para ahli mengatakan," Kami harus memberi perhatian pada faktor lingkungan sosial yang membuat persepsi 'langsing' para gadis itu menjadi sesuatu yang positif. Selain itu juga penting diutarakan, agar tubuh langsing harus melalui olah raga.
Lebih dari satu diantara 4 gadis di Inggris yang mulai merokok pada usia 15 tahun. Hal ini dibandingkan dengan hanya satu diantara 5 remaja laki-laki yang mulai merokok pada usia yang sama.
Juru bicara anti rokok ASH sangat welcomed pada penelitian terbaru ini. "Ini menunjukkan bagaimana kompleksnya hubungan antara merokok dan penampilan dengan kebiasaan yang sehat," kata juru bicaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar