"Yang penting menjadi perhatian keluarga serta lingkungan adalah kenyataan bahwa 90 persen akses pornografi dilakukan pada saat belajar, atau mengerjakan tugas bersama," kata Meutia Farida Hatta Menteri Negera Pemberdayaan Perempuan saat konferensi pers di Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Jakarta, Rabu (8/4).
Meutia juga mengungkapkan, hasil penelitian sebuah lembaga survei internet terkemuka yakni toptenreviews.com menunjukkan di antara remaja usia 15-17 tahun, 80 persen telah biasa mengakses materi pornografi hardcore. Materi ini menggambarkan adegan hubungan intim dengan memperlihatkan alat vital.
Survei oleh lembaga yang sama juga menunjukkan isi pembicaraan saat chatting yang dilakukan para anak muda, 89 persennya berkonotasi seksual. Kebiasaan mengakses materi berbau pornografi juga sudah merambah anak-anak yang masih berusia 11 tahun, atau setara dengan siswa kelas empat atau lima sekolah dasar (SD).
Korban bugil di depan kamera dari para remaja juga semakin banyak. Trennya, semakin hari kecenderungan pelaku atau korban bugil pornografi adalah para pelajar SMP. Lebih dari 500 jenis video porno yang beredar saat ini, 90 persennya dibuat dan dilakukan oleh para remaja Indonesia.
Meutia mengatakan setiap orang tua bisa saling berbagi pengalaman sekaligus merumuskan solusi yang tepat dalam mencegah keterlibatan anak-anaknya dalam persoalan pornografi. "Pemblokiran situs porno tidak cukup. Orang tua bisa saling share untuk mengetahui persoalan anak dan mencari solusinya," ujar Meutia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar