Tuhan tak akan menciptakan organ tubuh tanpa fungsi yang berarti seberapa pun kecilnya, demikian juga dengan amandel. Meskipun kecil, tapi manfaatnya sangat besar untuk ketahanan tubuh. Lalu sampai kapan kita bisa memelihara organ yang satu ini?
Sejak lahir, anak sudah diberikan sistem kekebalan di daerah sistem pernafasan. Perlindungan ini diberikan oleh tonsil yang terdiri dari tiga jenis: tonsil lingualis berjumlah satu pasang yang terletak di bawah lidah, satu buah adenoid yang terletak di belakang hidung, yang terakhir ialah tonsil palatina yang berjumlah satu pasang di kanan dan kiri rongga mulut. Tonsil palatina inilah yang dikenal dengan sebutan amandel.
Tiga jenis tonsil ini membentuk suatu lingkaran pertahanan yang dikenal dengan sebutan cincin waldeyer, yang mampu mengeluarkan imunoglobulin jenis G, A, M, D, dan E. Amandel memiliki imunoglobulin jenis A yang berupa enzim, yang mampu menghancurkan dinding sel kuman dengan proses kimia, dan akhirnya kuman yang masuk lewat mulut pun dapat dibasmi.
Perhatikan gejala
-----------------------
Amandel memang telah terbukti dapat membuat sistem perlindungan yang efektif bagi tubuh, hal ini sangat berperan vital bagi tubuh anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum terbentuk secara sempurna. Seiring bertambahnya umur, fungsi amandel pun kian menurun, hal ini disebabkan sudah berkembangnya kekebalan tubuh anak sendiri.
Menurut dr. Cita H. Murjantyo, Sp.THT dari RS. Internasional Bintaro – Tangerang, fungsi amandel mencapai puncaknya ketika anak berusia 5-10 tahun, kemudian terus-menerus mengecil, hingga akhirnya berfungsi minimal di usia 12 tahun. “Secara normal amandel akan lambat laun menghilang dengan sendirinya, karena sebetulnya tidak berfungsi lagi sejak usia 12 tahun,” tutur dr. Cita.
Tapi bahayanya bila amandel sudah terlalu sering infeksi, lama kelamaan amandel tersebut tidak dapat mengecil lagi, karena didalamnya banyak mengandung jaringan mati. Atau bisa juga menjadi tempat bersarangnya kuman.
Untuk memutuskan sebuah operasi amandel, dokter THT terlebih dahulu harus mendiagnosis pasien tersebut. Paling tidak pasien harus memenuhi persyaratan tertentu untuk dikategorikan sudah tiba saatnya dioperasi.
Salah satu indikasi yang paling mudah diamati ialah seringnya anak tersebut menderita demam atau sakit tenggorok. Menurut dr. Cita, bila seorang anak mengidap demam atau sakit tenggorok lebih dari lima kali dalam setahun, maka ini merupakan pertanda perlunya operasi amandel.
Gejala lainnya ialah turunnya berat badan anak secara drastis. Ini merupakan akibat dari kesulitan menelan makanan yang dialami anak akibat membengkaknya amandel. Bahkan mungkin saja anak mengalami kesulitan bernafas dan sleep apnea, yaitu berhentinya pernafasan secara tiba-tiba ketika tidur.
Hal ini juga berlaku bila anak memiliki komplikasi lain, misalnya sinusitis. Ada kemungkinan bahwa kuman berasal dari infeksi pada amandel yang naik menuju daerah hidung, kemudian menyebabkan sinusitis.
Bila ini terjadi, maka penanganan tuntas diperlukan, dengan membuang sumber infeksi pada amandel terlebih dahulu, sebelum menangani sinusitis. Selain itu, kuman pada adenoid juga mempunyai andil yang besar untuk terjadinya sinusitis pada anak.
Kuman jenis Streptococcus B haemolyticus yang terkandung dalam amandel mengeluarkan racun (antigen) dalam jumlah banyak hingga antibodi tidak mampu lagi melawan. Akibatnya antibodi malah bergabung dengan racun tersebut. Aliansi inilah yang kemudian mampu menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran darah dan menyebabkan kerusakan katup jantung, radang pada ginjal, dan arthritis pada sendi.
Kerusakan pada katup jantung dapat menghambat pertukaran oksigen dan Co2 dalam darah dari jantung ke paru-paru. Di ginjal, aliansi ini mampu merusak saringan pada ginjal, akibatnya protein keluar dari ginjal. Belum lagi bila menempel di daerah sendi, tak pelak lagi arthritis (radang sendi) bisa menggejala.
Bila dicurigai kuman jenis Streptococcus B haemolyticus yang menginfeksi amandel, maka perlu dilakukan tes ASTO (Anti Streptolysin O). Tes ini berguna untuk menilai jumlah kuman dalam amandel, bila jumlahnya lebih dari 180, maka amandel akan dipertimbangkan untuk diangkat.
“Pada prinsipnya tonsil diangkat bila sudah menjadi sumber infeksi dan menimbulkan gangguan,” tegas dokter yang menyelesaikan spesialis THT di Universitas Indonesia – Jakarta.
Operasi sebagai solusi
Bila setelah pemeriksaan, dokter memutuskan untuk melakukan pengangkatan amandel, maka mau tidak mau operasi harus dilakukan. Meskipun hanya memakan waktu tidak lebih dari setengah jam, operasi amandel memiliki variasi biaya yang cukup lebar, yaitu 1,5 hingga 12 juta rupiah. Biaya ini tentu saja tergantung rumah sakit tempat operasi.
Dokter yang juga praktek di Rumah Sakit Dharmais ini menegaskan pentingnya operasi dilakukan oleh dokter spesialis yang ahli. “Waspadai operasi yang dilakukan dengan metode alternatif, beberapa kasus yang saya temui, mereka hanya mengangkat permukaan amandel saja, akibatnya perdarahan menjadi lebih parah dan bisa timbul nanah pada amandel,” seru dokter beranak dua ini.
Operasi amandel pada anak mengangkat secara total tonsil palatina atau yang disebut amandel dan adenoid. Sedangkan tonsil lingualis tidak perlu diangkat. Pada orang dewasa, adenoid sudah menghilang, maka operasi cukup pengangkatan amandel saja.
Lain halnya dengan operasi pada dewasa, menghadapi operasi amandel pada anak, dr. Cita mengaku perawatan pasca operasi lebih memerlukan perhatian intensif dari dokter dan orangtua. Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada luka operasi, maka orangtua wajib memberikan perhatian ekstra pada 12 hari pertama setelah operasi.
Dua hari pertama pasca operasi, anak hanya boleh menyantap cairan yang dingin atau es krim, dan dilarang menyantap makanan keras atau panas. Menginjak hari ketiga, anak sudah boleh mengonsumsi bubur nasi atau makanan lembut lainnya. Memasuki hari kelima biasanya kondisi amandel sudah baik untuk mengonsumsi jenis makanan lainnya.
Harus juga diperhatikan bahwa selama 12 hari pasca operasi anak tidak boleh dalam keadaan terlalu capek apalagi berteriak-teriak, karena hal ini dapat membahayakan luka operasi. Selama perawatan ini anak juga diwajibkan mengonsumsi antibiotik dan vitamin.
Bagi orangtua, dr. Cita memberikan tips pencegahan infeksi amandel, yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat. Caranya dengan memberikan makanan bergizi, menjaga kebersihan mulut, dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar, karena pada dasarnya semua hal ini akan mempengaruhi daya tahan tubuh anak Anda.
Perhatikan daya tahan tenggorokan anak Anda. Karena tiap anak memiliki sensitivitas tenggorokan yang berbeda. Ada yang rentan akan makanan yang merangsang iritasi misalnya makanan yang pedas atau minuman dingin, akibatnya dengan mudah dapat menderita radang tenggorokan oleh karena iritasi, yang merupakan salah satu pemicu infeksi amandel.
Yang tak boleh terlupa ialah kesehatan gigi dan mulut anak. Bila kesehatan mulut sudah baik, maka kuman tidak mudah menginfeksi tubuh hingga amandel pun tidak perlu bekerja ekstra keras untuk membasminya
Mitos-mitos tentang amandel:
----------------------------------
• Kebanyakan orangtua keberatan bila anaknya dioperasi amandel, mereka takut ketahanan tubuh anak berkurang bila amandel diangkat. Amandel memang berfungsi sebagai daya tahan tubuh anak terhadap kuman, tapi amandel hanya optimal berfungsi hingga usia 12 tahun, selanjutnya akan semakin mengecil. Jangan takut, memasuki usia remaja, tubuh sudah memiliki ketahanan yang baik, meskipun tanpa amandel.
• Infeksi amandel membuat anak bodoh. Pendapat ini salah. Anak yang bermasalah dengan amandel akan mudah lelah karena tidak nyenyak tidur dan rentan terhadap penyakit, hingga akhirnya sering membolos sekolah. Gangguan pada saluran pernafasan akibat amandel juga menyebabkan kurangnya suplai oksigen ke otak, hingga anak sulit berkonsentrasi dan tidak lagi semangat belajar.
• Amandel akan membesar kembali beberapa lama setelah operasi. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena bila amandel telah terangkat dengan baik maka niscaya tidak akan membesar kembali. Memang ada kemungkinan sekitar 15 persen adenoid akan membesar kembali, tapi ini tidak akan memberikan masalah yang berarti bagi tubuh.
Sejak lahir, anak sudah diberikan sistem kekebalan di daerah sistem pernafasan. Perlindungan ini diberikan oleh tonsil yang terdiri dari tiga jenis: tonsil lingualis berjumlah satu pasang yang terletak di bawah lidah, satu buah adenoid yang terletak di belakang hidung, yang terakhir ialah tonsil palatina yang berjumlah satu pasang di kanan dan kiri rongga mulut. Tonsil palatina inilah yang dikenal dengan sebutan amandel.
Tiga jenis tonsil ini membentuk suatu lingkaran pertahanan yang dikenal dengan sebutan cincin waldeyer, yang mampu mengeluarkan imunoglobulin jenis G, A, M, D, dan E. Amandel memiliki imunoglobulin jenis A yang berupa enzim, yang mampu menghancurkan dinding sel kuman dengan proses kimia, dan akhirnya kuman yang masuk lewat mulut pun dapat dibasmi.
Perhatikan gejala
-----------------------
Amandel memang telah terbukti dapat membuat sistem perlindungan yang efektif bagi tubuh, hal ini sangat berperan vital bagi tubuh anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum terbentuk secara sempurna. Seiring bertambahnya umur, fungsi amandel pun kian menurun, hal ini disebabkan sudah berkembangnya kekebalan tubuh anak sendiri.
Menurut dr. Cita H. Murjantyo, Sp.THT dari RS. Internasional Bintaro – Tangerang, fungsi amandel mencapai puncaknya ketika anak berusia 5-10 tahun, kemudian terus-menerus mengecil, hingga akhirnya berfungsi minimal di usia 12 tahun. “Secara normal amandel akan lambat laun menghilang dengan sendirinya, karena sebetulnya tidak berfungsi lagi sejak usia 12 tahun,” tutur dr. Cita.
Tapi bahayanya bila amandel sudah terlalu sering infeksi, lama kelamaan amandel tersebut tidak dapat mengecil lagi, karena didalamnya banyak mengandung jaringan mati. Atau bisa juga menjadi tempat bersarangnya kuman.
Untuk memutuskan sebuah operasi amandel, dokter THT terlebih dahulu harus mendiagnosis pasien tersebut. Paling tidak pasien harus memenuhi persyaratan tertentu untuk dikategorikan sudah tiba saatnya dioperasi.
Salah satu indikasi yang paling mudah diamati ialah seringnya anak tersebut menderita demam atau sakit tenggorok. Menurut dr. Cita, bila seorang anak mengidap demam atau sakit tenggorok lebih dari lima kali dalam setahun, maka ini merupakan pertanda perlunya operasi amandel.
Gejala lainnya ialah turunnya berat badan anak secara drastis. Ini merupakan akibat dari kesulitan menelan makanan yang dialami anak akibat membengkaknya amandel. Bahkan mungkin saja anak mengalami kesulitan bernafas dan sleep apnea, yaitu berhentinya pernafasan secara tiba-tiba ketika tidur.
Hal ini juga berlaku bila anak memiliki komplikasi lain, misalnya sinusitis. Ada kemungkinan bahwa kuman berasal dari infeksi pada amandel yang naik menuju daerah hidung, kemudian menyebabkan sinusitis.
Bila ini terjadi, maka penanganan tuntas diperlukan, dengan membuang sumber infeksi pada amandel terlebih dahulu, sebelum menangani sinusitis. Selain itu, kuman pada adenoid juga mempunyai andil yang besar untuk terjadinya sinusitis pada anak.
Kuman jenis Streptococcus B haemolyticus yang terkandung dalam amandel mengeluarkan racun (antigen) dalam jumlah banyak hingga antibodi tidak mampu lagi melawan. Akibatnya antibodi malah bergabung dengan racun tersebut. Aliansi inilah yang kemudian mampu menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran darah dan menyebabkan kerusakan katup jantung, radang pada ginjal, dan arthritis pada sendi.
Kerusakan pada katup jantung dapat menghambat pertukaran oksigen dan Co2 dalam darah dari jantung ke paru-paru. Di ginjal, aliansi ini mampu merusak saringan pada ginjal, akibatnya protein keluar dari ginjal. Belum lagi bila menempel di daerah sendi, tak pelak lagi arthritis (radang sendi) bisa menggejala.
Bila dicurigai kuman jenis Streptococcus B haemolyticus yang menginfeksi amandel, maka perlu dilakukan tes ASTO (Anti Streptolysin O). Tes ini berguna untuk menilai jumlah kuman dalam amandel, bila jumlahnya lebih dari 180, maka amandel akan dipertimbangkan untuk diangkat.
“Pada prinsipnya tonsil diangkat bila sudah menjadi sumber infeksi dan menimbulkan gangguan,” tegas dokter yang menyelesaikan spesialis THT di Universitas Indonesia – Jakarta.
Operasi sebagai solusi
Bila setelah pemeriksaan, dokter memutuskan untuk melakukan pengangkatan amandel, maka mau tidak mau operasi harus dilakukan. Meskipun hanya memakan waktu tidak lebih dari setengah jam, operasi amandel memiliki variasi biaya yang cukup lebar, yaitu 1,5 hingga 12 juta rupiah. Biaya ini tentu saja tergantung rumah sakit tempat operasi.
Dokter yang juga praktek di Rumah Sakit Dharmais ini menegaskan pentingnya operasi dilakukan oleh dokter spesialis yang ahli. “Waspadai operasi yang dilakukan dengan metode alternatif, beberapa kasus yang saya temui, mereka hanya mengangkat permukaan amandel saja, akibatnya perdarahan menjadi lebih parah dan bisa timbul nanah pada amandel,” seru dokter beranak dua ini.
Operasi amandel pada anak mengangkat secara total tonsil palatina atau yang disebut amandel dan adenoid. Sedangkan tonsil lingualis tidak perlu diangkat. Pada orang dewasa, adenoid sudah menghilang, maka operasi cukup pengangkatan amandel saja.
Lain halnya dengan operasi pada dewasa, menghadapi operasi amandel pada anak, dr. Cita mengaku perawatan pasca operasi lebih memerlukan perhatian intensif dari dokter dan orangtua. Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada luka operasi, maka orangtua wajib memberikan perhatian ekstra pada 12 hari pertama setelah operasi.
Dua hari pertama pasca operasi, anak hanya boleh menyantap cairan yang dingin atau es krim, dan dilarang menyantap makanan keras atau panas. Menginjak hari ketiga, anak sudah boleh mengonsumsi bubur nasi atau makanan lembut lainnya. Memasuki hari kelima biasanya kondisi amandel sudah baik untuk mengonsumsi jenis makanan lainnya.
Harus juga diperhatikan bahwa selama 12 hari pasca operasi anak tidak boleh dalam keadaan terlalu capek apalagi berteriak-teriak, karena hal ini dapat membahayakan luka operasi. Selama perawatan ini anak juga diwajibkan mengonsumsi antibiotik dan vitamin.
Bagi orangtua, dr. Cita memberikan tips pencegahan infeksi amandel, yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat. Caranya dengan memberikan makanan bergizi, menjaga kebersihan mulut, dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar, karena pada dasarnya semua hal ini akan mempengaruhi daya tahan tubuh anak Anda.
Perhatikan daya tahan tenggorokan anak Anda. Karena tiap anak memiliki sensitivitas tenggorokan yang berbeda. Ada yang rentan akan makanan yang merangsang iritasi misalnya makanan yang pedas atau minuman dingin, akibatnya dengan mudah dapat menderita radang tenggorokan oleh karena iritasi, yang merupakan salah satu pemicu infeksi amandel.
Yang tak boleh terlupa ialah kesehatan gigi dan mulut anak. Bila kesehatan mulut sudah baik, maka kuman tidak mudah menginfeksi tubuh hingga amandel pun tidak perlu bekerja ekstra keras untuk membasminya
Mitos-mitos tentang amandel:
----------------------------------
• Kebanyakan orangtua keberatan bila anaknya dioperasi amandel, mereka takut ketahanan tubuh anak berkurang bila amandel diangkat. Amandel memang berfungsi sebagai daya tahan tubuh anak terhadap kuman, tapi amandel hanya optimal berfungsi hingga usia 12 tahun, selanjutnya akan semakin mengecil. Jangan takut, memasuki usia remaja, tubuh sudah memiliki ketahanan yang baik, meskipun tanpa amandel.
• Infeksi amandel membuat anak bodoh. Pendapat ini salah. Anak yang bermasalah dengan amandel akan mudah lelah karena tidak nyenyak tidur dan rentan terhadap penyakit, hingga akhirnya sering membolos sekolah. Gangguan pada saluran pernafasan akibat amandel juga menyebabkan kurangnya suplai oksigen ke otak, hingga anak sulit berkonsentrasi dan tidak lagi semangat belajar.
• Amandel akan membesar kembali beberapa lama setelah operasi. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena bila amandel telah terangkat dengan baik maka niscaya tidak akan membesar kembali. Memang ada kemungkinan sekitar 15 persen adenoid akan membesar kembali, tapi ini tidak akan memberikan masalah yang berarti bagi tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar