Sering-seringlah tertawa. Disamping gratis, tertawa juga menyehatkan.
Tertawa merupakan reaksi normal pada setiap orang saat melihat atau mendengar sesuatu yang lucu. Kelihatannya tertawa memang aktivitas biasa Namun, jangan sekalipun menganggap sepele urusan tertawa. Demikian dikatakan dr. H. Yul Iskandar, Ph.D, Psikiater dari Rumah Sakit Khusus Dharma Graha, Jakarta.
Menurut pakar terapi tertawa ini, sejak ratusan tahun lalu tertawa diketahui memiliki efek medis terhadap kesehatan manusia. “Orang yang cepat sedih, akan lebih mudah terkena penyakit dibandingkan orang yang mudah tertawa dengan spontan,” jelasnya. Meski orang sudah tahu manfaat positif tertawa tersebut, banyak orang yang tidak tahu bagaimana cara melakukan tertawa yang sehat.
Tontonan komedi yang hampir tiap saat hadir di layar televisi, menurut dr Yul, bukanlah media yang tepat untuk membuat orang tertawa dengan sehat. “Tayangan Mr. Bean memang lucu dan membuat orang tertawa. Akan tetapi tidak semua orang bisa tertawa melihatnya, mungkin saja ada yang marah dan benci. Tertawa yang sehat harus spontan dan tidak memerlukan stimulus seperti guyonan atau adegan film. Justru dengan adanya stimulus, reaksi tertawanya tidak akan bisa dikontrol,” katanya.
Dokter yang juga President Director dari Institute for Cognitive Research ini menyatakan, sejak akhir tahun 1990, dia sudah mengembangkan Terapi Tertawa yang merupakan bagian dari program Escape From Stress (EFS). Program tersebut adalah upaya merubah perilaku untuk mengurangi efek buruk dari stres.
“Tertawa diketahui bisa mengurangi bahkan mengatasi stres yang dialami seseorang. Orang yang biasa tertawa dengan spontan lebih mungkin tidak mengalami stres,” tegasnya. Gangguan stres, katanya, lebih efektif diatasi bila dilakukan terapi tertawa secara teratur.
Ketika seseorang tertawa maka tubuhnya akan menghasilkan zat baik seperti melantonin, endorphin dan serotonin yang menekan capisol, adrenalin serta radikal bebas. “Secara berangsur-angsur tubuh akan merasakan rileks dalam jangka panjang dan membuat rasa senang. Efek jangka panjangnya, tertawa akan mencegah kanker dan membuat awet muda,” katanya.
Stres jika tidak ditangani secara serius akan berakibat fatal. Seperti terjadinya serangan jantung, stroke, serta depresi. “Stres sedang dan sub-kronik bisa menyebabkan nyeri lambung, sakit jantung, sakit kepala, impotensi, sakit punggung, diare juga insomnia,” tukasnya.
Melihat efek berbahaya stres tersebut, ia menganjurkan orang untuk hidup sehat dan menghidari stress. Salah satu caranya bisa dengan tertawa. Namun ditegaskan dr Yul, terapi tertawa hanya merupakan upaya tambahan dari suatu terapi medis.
“Dengan tertawa tidak mungkin semua penyakit itu hilang. Penyakitnya juga harus diobati,” ungkapnya. Dokter Yul kembali mengingatkan, tertawa yang sehat itu tidak asal tertawa saja tetapi harus dilakukan dengan teknik-teknik tertawa seperti yang sejak lama telah dikembangkannya yaitu terapi tertawa spontan.
Teknik Terapi Tertawa
Di Indonesia, meski terapi tertawa sudah diperkenalkan sejak 10 tahun lalu, meskipun perkembangannya masih kurang menggembirakan. Terapi ini lebih banyak dikenal di kalangan medis saja, meski banyak pasien yang telah mengalami efek positif terapinya. “Mungkin orang Indonesia itu sudah bisa tertawa sendiri dengan melihat kejadian sehari hari,” katanya.
Padahal di India, jumlah grup terapi tertawa lebih dari ribuan dan di Singapura sudah berdiri ratusan grup terapi tertawa. Sementara untuk teknik terapi tertawa yang telah dikembangkan RS Dharma Graha telah terbukti membuat peserta bisa tertawa spontan dan tertawa dengan terbahak-bahak selama 5-10 menit.
Tekniknya sendiri biasanya dilakukan dalam grup dengan jumlah anggota minimal lima orang. Selain itu, diharuskan ada pemandu terapi yang mampu dan mudah tertawa. Dialah yang memberikan arahan dan kontrol terhadap semua aktivitas terapi yang dilakukan anggota terapi tertawa.
Sebelum melakukan terapi, dilakukan dulu meditasi yang membuat mental peserta siap untuk berkonsentrasi hingga membuat semua perasaan dapat dirangsang secara monoton. Para peserta ditempatkan dalam ruangan yang penuh dengan oksigen dan mencium bau yang menenangkan, misalnya sejenis parfum tertentu.
Di depan peserta ditempatkan juga sebuah slide yang menayangkan visualisasai abstrak sebuah bentuk yang menuntun peserta melihat gerakan yang tak ada artinya dengan disertai suara-suara alam. Setelah itu, peserta melakukan relaksasi yang dipandu sang pemandu sebelum melakukan pemanasan dengan pernafasan perut dan pernafasan diafragma.
Peserta kemudian berkumpul membentuk sebuah lingkaran dimana pemandu mulai melakukan aba-aba ke semua peserta untuk melakukan tertawa. Bila grup kurang kompak ketika tertawa, maka tertawanya akan berlangsung singkat. Bila ini terjadi, perlu diulang lagi dengan teknik pernapasan dan dimulai aba-aba lagi, hingga terdengar haa-haa-haa-hii hii hii-huu huu huu…. yang panjang.
Ada beberapa pantangan dalam terapi tertawa ini. Jangan dilakukan bila grup kurang dari lima orang karena bila hanya 2-3 orang saja, terapi ini seringkali tidak berjalan dengan baik. Tidak perlu joke karena guyonan yang konyol atau basi justru membuat orang bukannya tertawa tapi malah marah. Juga jangan mentertawakan orang lain. Bila ada orang yang merasa ditertawakan bisa membuatnya marah dan grup itu akan sulit untuk kompak.
“Tertawa yang spontan dan berlangsung dalam beberapa menit, akan mengakibatkan stres yang dialami tubuh berkurang,” tukas dr. Yul. Efek positif terapi tertawa itu tidak akan langsung dirasakan tubuh saat itu juga, karena harus dilakukan secara teratur dan dalam jangka waktu tertentu. “Keberhasilan terapinya memang membutuhkan waktu yang lumayan lama. Meski begitu, terapi yang dilakukan teratur dengan baik akan membuat kita tidak mudah terkena penyakit,” tuturnya.
Bisa awet muda
Dijelaskan psikiater ini, dengan tertawa, otot muka menjadi rileks hingga membuat kerut-kerut di kulit muka hilang dan tampak awet muda. Tertawa yang reguler pun akan mengurangi stres dan nyeri kronik. “Tertawa dalam waktu 1-5 menit dapat merangsang pengeluaran endorphin, serotonin, melatonin. Pelepasan dari zat-zat itu akan menyebabkan perasaan seseorang itu menjadi tenteram, nyaman serta bahagia,” jelasnya.
Efek tertawa lainnya, pengeluaran adrenalin dapat dikurangi, juga kartisol dan radikal bebas lainnya. Tekanan darah dan detak jantung pun akan menurun setelah melakukan aktivitas tertawa. “Yang terpenting, tertawa bisa mengurangi kolesterol jahat yang ada dalam tubuh kita,” tegasnya.
Penelitian terkini pun menyatakan, tertawa merangsang sistem imun dalam tubuh yang membuat sel-sel anti-kanker akan memakan sel-sel kanker dalam tubuh. Selama ini, dr Yul telah memberikan terapi tersebut kepada ratusan pasien-pasiennya dan ternyata tidak pernah mengalami kegagalan.
Pasien yang tidak suka tertawa pun akan berangsur-angsur bisa tertawa setelah masuk grup terapi tertawa. Bagi yang ingin masuk dalam tearpi tertawa, ia merekomendasikan kepada orang yang telah berumur diatas 15 tahun. Karena gangguan stres umumnya dialami kelompok orang yang berada di atas batas usia tersebut.
Mari tertawa sehat, agar tubuh sehat dan awet muda!
Tertawa merupakan reaksi normal pada setiap orang saat melihat atau mendengar sesuatu yang lucu. Kelihatannya tertawa memang aktivitas biasa Namun, jangan sekalipun menganggap sepele urusan tertawa. Demikian dikatakan dr. H. Yul Iskandar, Ph.D, Psikiater dari Rumah Sakit Khusus Dharma Graha, Jakarta.
Menurut pakar terapi tertawa ini, sejak ratusan tahun lalu tertawa diketahui memiliki efek medis terhadap kesehatan manusia. “Orang yang cepat sedih, akan lebih mudah terkena penyakit dibandingkan orang yang mudah tertawa dengan spontan,” jelasnya. Meski orang sudah tahu manfaat positif tertawa tersebut, banyak orang yang tidak tahu bagaimana cara melakukan tertawa yang sehat.
Tontonan komedi yang hampir tiap saat hadir di layar televisi, menurut dr Yul, bukanlah media yang tepat untuk membuat orang tertawa dengan sehat. “Tayangan Mr. Bean memang lucu dan membuat orang tertawa. Akan tetapi tidak semua orang bisa tertawa melihatnya, mungkin saja ada yang marah dan benci. Tertawa yang sehat harus spontan dan tidak memerlukan stimulus seperti guyonan atau adegan film. Justru dengan adanya stimulus, reaksi tertawanya tidak akan bisa dikontrol,” katanya.
Dokter yang juga President Director dari Institute for Cognitive Research ini menyatakan, sejak akhir tahun 1990, dia sudah mengembangkan Terapi Tertawa yang merupakan bagian dari program Escape From Stress (EFS). Program tersebut adalah upaya merubah perilaku untuk mengurangi efek buruk dari stres.
“Tertawa diketahui bisa mengurangi bahkan mengatasi stres yang dialami seseorang. Orang yang biasa tertawa dengan spontan lebih mungkin tidak mengalami stres,” tegasnya. Gangguan stres, katanya, lebih efektif diatasi bila dilakukan terapi tertawa secara teratur.
Ketika seseorang tertawa maka tubuhnya akan menghasilkan zat baik seperti melantonin, endorphin dan serotonin yang menekan capisol, adrenalin serta radikal bebas. “Secara berangsur-angsur tubuh akan merasakan rileks dalam jangka panjang dan membuat rasa senang. Efek jangka panjangnya, tertawa akan mencegah kanker dan membuat awet muda,” katanya.
Stres jika tidak ditangani secara serius akan berakibat fatal. Seperti terjadinya serangan jantung, stroke, serta depresi. “Stres sedang dan sub-kronik bisa menyebabkan nyeri lambung, sakit jantung, sakit kepala, impotensi, sakit punggung, diare juga insomnia,” tukasnya.
Melihat efek berbahaya stres tersebut, ia menganjurkan orang untuk hidup sehat dan menghidari stress. Salah satu caranya bisa dengan tertawa. Namun ditegaskan dr Yul, terapi tertawa hanya merupakan upaya tambahan dari suatu terapi medis.
“Dengan tertawa tidak mungkin semua penyakit itu hilang. Penyakitnya juga harus diobati,” ungkapnya. Dokter Yul kembali mengingatkan, tertawa yang sehat itu tidak asal tertawa saja tetapi harus dilakukan dengan teknik-teknik tertawa seperti yang sejak lama telah dikembangkannya yaitu terapi tertawa spontan.
Teknik Terapi Tertawa
Di Indonesia, meski terapi tertawa sudah diperkenalkan sejak 10 tahun lalu, meskipun perkembangannya masih kurang menggembirakan. Terapi ini lebih banyak dikenal di kalangan medis saja, meski banyak pasien yang telah mengalami efek positif terapinya. “Mungkin orang Indonesia itu sudah bisa tertawa sendiri dengan melihat kejadian sehari hari,” katanya.
Padahal di India, jumlah grup terapi tertawa lebih dari ribuan dan di Singapura sudah berdiri ratusan grup terapi tertawa. Sementara untuk teknik terapi tertawa yang telah dikembangkan RS Dharma Graha telah terbukti membuat peserta bisa tertawa spontan dan tertawa dengan terbahak-bahak selama 5-10 menit.
Tekniknya sendiri biasanya dilakukan dalam grup dengan jumlah anggota minimal lima orang. Selain itu, diharuskan ada pemandu terapi yang mampu dan mudah tertawa. Dialah yang memberikan arahan dan kontrol terhadap semua aktivitas terapi yang dilakukan anggota terapi tertawa.
Sebelum melakukan terapi, dilakukan dulu meditasi yang membuat mental peserta siap untuk berkonsentrasi hingga membuat semua perasaan dapat dirangsang secara monoton. Para peserta ditempatkan dalam ruangan yang penuh dengan oksigen dan mencium bau yang menenangkan, misalnya sejenis parfum tertentu.
Di depan peserta ditempatkan juga sebuah slide yang menayangkan visualisasai abstrak sebuah bentuk yang menuntun peserta melihat gerakan yang tak ada artinya dengan disertai suara-suara alam. Setelah itu, peserta melakukan relaksasi yang dipandu sang pemandu sebelum melakukan pemanasan dengan pernafasan perut dan pernafasan diafragma.
Peserta kemudian berkumpul membentuk sebuah lingkaran dimana pemandu mulai melakukan aba-aba ke semua peserta untuk melakukan tertawa. Bila grup kurang kompak ketika tertawa, maka tertawanya akan berlangsung singkat. Bila ini terjadi, perlu diulang lagi dengan teknik pernapasan dan dimulai aba-aba lagi, hingga terdengar haa-haa-haa-hii hii hii-huu huu huu…. yang panjang.
Ada beberapa pantangan dalam terapi tertawa ini. Jangan dilakukan bila grup kurang dari lima orang karena bila hanya 2-3 orang saja, terapi ini seringkali tidak berjalan dengan baik. Tidak perlu joke karena guyonan yang konyol atau basi justru membuat orang bukannya tertawa tapi malah marah. Juga jangan mentertawakan orang lain. Bila ada orang yang merasa ditertawakan bisa membuatnya marah dan grup itu akan sulit untuk kompak.
“Tertawa yang spontan dan berlangsung dalam beberapa menit, akan mengakibatkan stres yang dialami tubuh berkurang,” tukas dr. Yul. Efek positif terapi tertawa itu tidak akan langsung dirasakan tubuh saat itu juga, karena harus dilakukan secara teratur dan dalam jangka waktu tertentu. “Keberhasilan terapinya memang membutuhkan waktu yang lumayan lama. Meski begitu, terapi yang dilakukan teratur dengan baik akan membuat kita tidak mudah terkena penyakit,” tuturnya.
Bisa awet muda
Dijelaskan psikiater ini, dengan tertawa, otot muka menjadi rileks hingga membuat kerut-kerut di kulit muka hilang dan tampak awet muda. Tertawa yang reguler pun akan mengurangi stres dan nyeri kronik. “Tertawa dalam waktu 1-5 menit dapat merangsang pengeluaran endorphin, serotonin, melatonin. Pelepasan dari zat-zat itu akan menyebabkan perasaan seseorang itu menjadi tenteram, nyaman serta bahagia,” jelasnya.
Efek tertawa lainnya, pengeluaran adrenalin dapat dikurangi, juga kartisol dan radikal bebas lainnya. Tekanan darah dan detak jantung pun akan menurun setelah melakukan aktivitas tertawa. “Yang terpenting, tertawa bisa mengurangi kolesterol jahat yang ada dalam tubuh kita,” tegasnya.
Penelitian terkini pun menyatakan, tertawa merangsang sistem imun dalam tubuh yang membuat sel-sel anti-kanker akan memakan sel-sel kanker dalam tubuh. Selama ini, dr Yul telah memberikan terapi tersebut kepada ratusan pasien-pasiennya dan ternyata tidak pernah mengalami kegagalan.
Pasien yang tidak suka tertawa pun akan berangsur-angsur bisa tertawa setelah masuk grup terapi tertawa. Bagi yang ingin masuk dalam tearpi tertawa, ia merekomendasikan kepada orang yang telah berumur diatas 15 tahun. Karena gangguan stres umumnya dialami kelompok orang yang berada di atas batas usia tersebut.
Mari tertawa sehat, agar tubuh sehat dan awet muda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar