SEBUAH alat untuk menguji resistensi obat tuberkulosis (TB) yang baru-baru ini muncul bakal membantu sekali negara-negara berkembang dalam melawan TB. Tes yang melibatkan pengujian DNA di saliva (cairan ludah) pada orang sakit akan menyediakan diagnosis dalam dua hari. Sementara alat sebelumnya mesti butuh waktu dua hingga tiga bulan.
"Ini merupakan revolusi besar dalam pengendalian TB," ujar Direktur Kampanye TB dari WHO, Mario Raviglione kepada pers di Genewa.
Di negara-negara berkembang, kebanyakan pasien TB melakukan uji TB resisten multi obat (multidrug-resistant tuberculosis- MDR-TB) hanya setelah mereka gagal dirawat dengan perawatan standar.
Pasien-pasien ini juga harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan hasilnya sebelum mereka dapat menjalankan perawatan intensif. Selama periode ini, mereka tentu saja dapat menyebarkan penyakit ke siapa saja. Sering mereka meninggal sebelum hasilnya diketahui.
Nyaris setengah juta manusia di seluruh dunia menderita beberapa bentuk MDR -TB yang menewaskan sekitar 130.000 orang per tahun. WHO mempekirakan hanya dua persen kasus resisten obat di seluruh dunia terdiagnosa dan terawat dengan baik. Kebanyakan semua ini akibat minimnya layanan kesehatan yang memadai. Alat uji terbaru ini disokong dana sekitar 26,1 juta dolar Amerika oleh Global Health Initiative UNITAID
"Ini merupakan revolusi besar dalam pengendalian TB," ujar Direktur Kampanye TB dari WHO, Mario Raviglione kepada pers di Genewa.
Di negara-negara berkembang, kebanyakan pasien TB melakukan uji TB resisten multi obat (multidrug-resistant tuberculosis- MDR-TB) hanya setelah mereka gagal dirawat dengan perawatan standar.
Pasien-pasien ini juga harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan hasilnya sebelum mereka dapat menjalankan perawatan intensif. Selama periode ini, mereka tentu saja dapat menyebarkan penyakit ke siapa saja. Sering mereka meninggal sebelum hasilnya diketahui.
Nyaris setengah juta manusia di seluruh dunia menderita beberapa bentuk MDR -TB yang menewaskan sekitar 130.000 orang per tahun. WHO mempekirakan hanya dua persen kasus resisten obat di seluruh dunia terdiagnosa dan terawat dengan baik. Kebanyakan semua ini akibat minimnya layanan kesehatan yang memadai. Alat uji terbaru ini disokong dana sekitar 26,1 juta dolar Amerika oleh Global Health Initiative UNITAID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar