PSIKIATER Prof Dr dr LK Suryani, SpKJ berpendapat, terapi melalui "Rumatan Metadon" tidak signifikan bisa cepat menyembuhkan pecandu narkoba, karena penggunaan obat tersebut juga menimbulkan dampak ketergantuangan berbahaya.
"Itu hanya mengalihkan ketergantungan pada jenis narkotik yang lain saja. Bisa diibaratkan keluar dari mulut singa masuk mulut buaya. Terapi metadon sampai tiga tahun belum tentu sembuh," katanya di sela-sela Seminar Guru "Memahami Perkembangan Mental Anak Didik" di Denpasar, Selasa.
Seperti diketahui terdapat tiga golongan narkotik, yaitu yang alamiah seperti morfin dan kodein. Narkotik semisintetis, contohnya heroin, dan narkotik sintetis seperti fentanyl, petidin dan metadon. Obat-obatan jenis narkotik dalam bidang kedokteran juga berfungsi menghilangkan rasa nyeri yang sifatnya sementara.
Karena metadon juga menimbulkan dampak ketergantungan, bukan menyembuhkan, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu lebih memilih penyembuhan melalui "terapi memori". "Beberapa pecandu dan korban narkoba yang kami tangani melalui ’terapi memori’ bisa dengan cepat meninggalkan ketergantungan pada narkotik," katanya pada seminar yang diselenggarakan Telkomsel bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Propinsi Bali, diikuti sekitar 200 guru SMP dan SMA.
Karena itu ia mengingatkan agar hati-hati dalam penanganan pecandu dan korban narkoba melalui Klinik Rumatan Metadon, yang hanya akan mengalihkan ketergantungan pada jenis narkotik yang lain.
Dengan "terapi memori" yang dikembangkannya, pendiri dan President CASA (Committe Against Sexual Abuse) itu menjelaskan, pecandu narkoba pada tahap awal hanya diajak untuk "membedah" memorinya, dengan mengingat berbagai hal berkaitan dengan masa lalu.
Setelah dianggap cukup, dilanjutkan ke kegiatan yang sifatnya memilah-milah, yakni mengingat dan mengenang masa lalu yang baik-baik atau positif guna membangun kehidupan ke depan. Tahap berikutnya adalah membangun mental, dengan memberikan arahan dan masukan untuk membangun diri dan menumbuhkan kepercayaan diri, melalui pemberian pengetahuan dan berbagai hal yang terkait dengan kehidupan positif dan masa depan.
"Semuanya itu tidak bisa dilakukan begitu saja, tetapi harus disertai dengan meditasi atau pembangunan mental spiritual. Pada akhirnya dengan mental yang kuat akan mampu mengalahkan keinginan mengonsumsi narkoba," tambahnya.
"Itu hanya mengalihkan ketergantungan pada jenis narkotik yang lain saja. Bisa diibaratkan keluar dari mulut singa masuk mulut buaya. Terapi metadon sampai tiga tahun belum tentu sembuh," katanya di sela-sela Seminar Guru "Memahami Perkembangan Mental Anak Didik" di Denpasar, Selasa.
Seperti diketahui terdapat tiga golongan narkotik, yaitu yang alamiah seperti morfin dan kodein. Narkotik semisintetis, contohnya heroin, dan narkotik sintetis seperti fentanyl, petidin dan metadon. Obat-obatan jenis narkotik dalam bidang kedokteran juga berfungsi menghilangkan rasa nyeri yang sifatnya sementara.
Karena metadon juga menimbulkan dampak ketergantungan, bukan menyembuhkan, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu lebih memilih penyembuhan melalui "terapi memori". "Beberapa pecandu dan korban narkoba yang kami tangani melalui ’terapi memori’ bisa dengan cepat meninggalkan ketergantungan pada narkotik," katanya pada seminar yang diselenggarakan Telkomsel bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Propinsi Bali, diikuti sekitar 200 guru SMP dan SMA.
Karena itu ia mengingatkan agar hati-hati dalam penanganan pecandu dan korban narkoba melalui Klinik Rumatan Metadon, yang hanya akan mengalihkan ketergantungan pada jenis narkotik yang lain.
Dengan "terapi memori" yang dikembangkannya, pendiri dan President CASA (Committe Against Sexual Abuse) itu menjelaskan, pecandu narkoba pada tahap awal hanya diajak untuk "membedah" memorinya, dengan mengingat berbagai hal berkaitan dengan masa lalu.
Setelah dianggap cukup, dilanjutkan ke kegiatan yang sifatnya memilah-milah, yakni mengingat dan mengenang masa lalu yang baik-baik atau positif guna membangun kehidupan ke depan. Tahap berikutnya adalah membangun mental, dengan memberikan arahan dan masukan untuk membangun diri dan menumbuhkan kepercayaan diri, melalui pemberian pengetahuan dan berbagai hal yang terkait dengan kehidupan positif dan masa depan.
"Semuanya itu tidak bisa dilakukan begitu saja, tetapi harus disertai dengan meditasi atau pembangunan mental spiritual. Pada akhirnya dengan mental yang kuat akan mampu mengalahkan keinginan mengonsumsi narkoba," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar