Semakin maraknya bedah kosmetik untuk mempercantik vagina membuat gerah para ahli kandungan Australia. Mereka pun mem-black list ahli bedah yang membuka salon vagina.
The Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynecologists mengeluarkan pernyataan sikap, Sabtu (2/8), seperti dikutip FoxNews, bahwa semakin banyak perempuan yang menderita luka akibat prosedur bedah yang berbahaya. Bahkan banyak di antara para perempuan itu yang mengalami infeksi dan kehilangan kenikmatan berhubungan seks setelah masuk salon itu.
Sebagian besar perempuan mendatangi salon-salon semacam itu untuk 'bedah bibir' atau mempercantik penampilan 'bibir bawah, itu. Sementara yang lainnya mempersempit lubang atau memperkuat daya G-spot.
Menurut organisasi itu, salon-salon semacam itu menjalankan prosedur operasi yang berbahaya, mahal tetapi tidak terjamin. "Kami prihatin khususnya pada prosedur bedah yang mungkin akan mengeksploitasi perempuan rentan," kata pernyataan itu.
Dr Ted Weaver, ketua komite kesehatan perempuan di perguruan tinggi itu mengatakan sekarang banyak klinik, sebagian besar di Sydney dan Gold Coast yang menawarkan layanan ini. "Sebagian besar operasi itu berbiaya sampai 10.000 dollar Australia (Rp 80 juta). Itu jumlah yang sangat banyak," kata Weaver.
Weaver mengatakan, operasi ini mungkin mengincar para perempuan yang merasa tidak aman dan takut yang sebenarnya lebih membutuhkan bantuan psikologis. "Operasi-operasi ini juga tidak cukup punya dasar anatomi dan berpotensi menyebabkan luka serius," katanya.
Weaver mengatakan, ia dan rekan-rekannya kerap merawat pasien yang mengalami luka, kecacatan permanen, infeksi dan hilangnya sensasi seksual. Beberapa di antaranya membutuhkan bedah rekonstruksi.
Yang mengkhawatirkan, kata Weaver, saat ini banyak perempuan yang menginginkan operasi bibir vagina ternyata tidak paham bahwa sebenarnya ada banyak variasi bentuk luar alat kelamin.
"Ada satu kasus, seorang pria membawa foto porno dari Brasil dan mengatakan, 'Bikin pacar saya menjadi seperti ini'. Saya kira tidak etis menyetujui tindakan seperti ini," katanya.
Menurut Weaver, penguatan G-spot, dengan injeksi kolagen ke dinding vagina untuk meningkatkan kenikmatan seksual, juga kontroversial. "Seringkali tidak jelas di mana letak G-spot atau ada tidaknya titik itu pada seorang perempuan. Jadi ketika prosedur itu dilakukan tanpa verifikasi, sering berakibat munculnya masalah seksual," kata Weaver.
Daniel Fleming, presiden Australasian College of Cosmetic Surgery, mengatakan sebagian besar pasien bedah bibir vagina senang dengan hasilnya. "Kalau ada persoalan, mereka harus menyajikan bukti, jadi kami tahu mengapa itu terjadi dan dokter mana yang membuatnya semakin rumit," kata Fleming.
The Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynecologists mengeluarkan pernyataan sikap, Sabtu (2/8), seperti dikutip FoxNews, bahwa semakin banyak perempuan yang menderita luka akibat prosedur bedah yang berbahaya. Bahkan banyak di antara para perempuan itu yang mengalami infeksi dan kehilangan kenikmatan berhubungan seks setelah masuk salon itu.
Sebagian besar perempuan mendatangi salon-salon semacam itu untuk 'bedah bibir' atau mempercantik penampilan 'bibir bawah, itu. Sementara yang lainnya mempersempit lubang atau memperkuat daya G-spot.
Menurut organisasi itu, salon-salon semacam itu menjalankan prosedur operasi yang berbahaya, mahal tetapi tidak terjamin. "Kami prihatin khususnya pada prosedur bedah yang mungkin akan mengeksploitasi perempuan rentan," kata pernyataan itu.
Dr Ted Weaver, ketua komite kesehatan perempuan di perguruan tinggi itu mengatakan sekarang banyak klinik, sebagian besar di Sydney dan Gold Coast yang menawarkan layanan ini. "Sebagian besar operasi itu berbiaya sampai 10.000 dollar Australia (Rp 80 juta). Itu jumlah yang sangat banyak," kata Weaver.
Weaver mengatakan, operasi ini mungkin mengincar para perempuan yang merasa tidak aman dan takut yang sebenarnya lebih membutuhkan bantuan psikologis. "Operasi-operasi ini juga tidak cukup punya dasar anatomi dan berpotensi menyebabkan luka serius," katanya.
Weaver mengatakan, ia dan rekan-rekannya kerap merawat pasien yang mengalami luka, kecacatan permanen, infeksi dan hilangnya sensasi seksual. Beberapa di antaranya membutuhkan bedah rekonstruksi.
Yang mengkhawatirkan, kata Weaver, saat ini banyak perempuan yang menginginkan operasi bibir vagina ternyata tidak paham bahwa sebenarnya ada banyak variasi bentuk luar alat kelamin.
"Ada satu kasus, seorang pria membawa foto porno dari Brasil dan mengatakan, 'Bikin pacar saya menjadi seperti ini'. Saya kira tidak etis menyetujui tindakan seperti ini," katanya.
Menurut Weaver, penguatan G-spot, dengan injeksi kolagen ke dinding vagina untuk meningkatkan kenikmatan seksual, juga kontroversial. "Seringkali tidak jelas di mana letak G-spot atau ada tidaknya titik itu pada seorang perempuan. Jadi ketika prosedur itu dilakukan tanpa verifikasi, sering berakibat munculnya masalah seksual," kata Weaver.
Daniel Fleming, presiden Australasian College of Cosmetic Surgery, mengatakan sebagian besar pasien bedah bibir vagina senang dengan hasilnya. "Kalau ada persoalan, mereka harus menyajikan bukti, jadi kami tahu mengapa itu terjadi dan dokter mana yang membuatnya semakin rumit," kata Fleming.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar