SARAPAN pagi bukan saja sangat penting untuk pola hidup yang lebih sehat. Kebiasaan makan pagi yang sehat dan berkualitas ternyata juga dapat membantu keberhasilan program penurunan berat badan.
Sebuah penelitian mengindikasikan, sarapan dengan porsi karbohidrat tinggi menjadi unsur penting bagi keberhasilan seseorang yang sedang menjalani program penurunan berat badan (dieters) .
Seperti dilaporkan BBC, Kamis (19/6), hasil pemantauan terhadap wanita pengidap obesitas menunjukkan bahwa mereka yang menghabiskan setengah dari jatah kalori harian saat sarapan pagi mencapai hasil lebih memuaskan ketimbang rekannya yang mendapat sedikit kalori saat sarapan.
Peneliti dari Virginia Commonwealth University Amerika Serikat, Dr Daniela Jakubowicz, pada sebuah konferensi di San Francisco belum lama ini mengungkapkan hasil riset bahwa sarapan dengan porsi kalori rendah diyakini akan memicu rasa lapar.
Dr Jakubowicz sendiri telah merekomendasikan sarapan sehat dengan tinggi karbohidat kepada para pasiennya selama 15 tahun. Ia lalu membandingkannya dengan dengan sarapan rendah karbohidrat pada 96 wanita pengidap obesitas yang kurang aktif dalam beraktivitas.
Para wanita yang diberi sarapan rendah karbohidrat dipatok total jatah kalori hariannya hingga 1.085 kalori - dengan mayoritas sumbernya berasal dari protein dan lemak. Sarapan pada kelompok ini merupakan makan dengan asupan kalori terendah dalam sehari - yakni hanya 290 kalori dengan tujuh gram karbohidrat.
Sementara itu wanita denga sarapan tinggi kalori dijatah total kalori hariannya hingga 1.240 - denganporsi lemak rendah namun tinggi karbohidrat dan protein. Pada kelompok ini, sarapan pagi bernilai 610 kalori dengan 58 gram karbohidrat, makan siang benilai 395 kalori dan makan malam 235 kalori.
Selama empat bulan berjalan, wanita yang menjalani sarapan rendah karbohidrat tampak lebih baik. Berat badan mereka turun rata-rata hingga 28 pon dibanding kelompok tinggi karbohidrat yang hanya turun 23 pon. Namun setelah delapan bulan, situasinya menjadi terbalik di mana kelompok rendah karbohidrat berat badannya rata-rata naik 18 pon sedangkan, kelompok tinggi karbohidart terus mengalami penurunan berat rata-rata 16.5 pon. Kelompok tinggi karbohidrat rata-rata kehilangan seperlima dari total berat badan mereka, sedangkan kelompok rendah karbohidrat hanya kurang dari 5%.
Dominasi serat dan buah
Dr Jakubowicz melaporkan bahwa wanita yang sarapan tinggi karbohidrat mengaku tidak merasa lapar khususnya pada pagi hari . Dengan sarapan yang karbohidrat tinggi akan membuat seseorang lebih merasa kenyang selama seharian, membuat tubuh lebih sehat karena dalam menunya lebih banyak didominasi serat dan buah.
"Kebanyakan riset tentang penurunan berat badan telah menentukan bahwa karbohidrat yang sangat rendah bukanlah metode tepat untuk penurunan berat badan. Itu hanya akan memperburuk rasa lapar serta memperlambat metabolisme. Akibatnya setelah periode yang pendek dari program diet akan terjadi lagi obesitas dalam waktu singkat," ungkapnya.
Sementara itu Dr Alex Johnstone, dari Rowett Research Institute di Aberdeen, menilai diet tinggi karbohidrat hanyalah model yang tak membuat dieters menjadi cepat bosan. Alex mengatakan, meskipun banyak riset lain yang menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat adalah cara terbaik untuk menurunkan berat dalam waktu singkat, namun model ini sulit diterapkan sebagai gaya hidup.
Menurutnya, kemampuan mencapai lagi penurunan berat pada dieters bisa menjadi sebuah tanda monotonnya dua model diet tersebut ketimbang kemampuan dieters untuk mengendalikan rasa lapar.
"Sepertinya memang lebih mudah bagi seseorang untuk menjalani diet tinggi karbohidrat dan menerapkannya dalam waktu yang lebih lama," ujarnya,
Sebuah penelitian mengindikasikan, sarapan dengan porsi karbohidrat tinggi menjadi unsur penting bagi keberhasilan seseorang yang sedang menjalani program penurunan berat badan (dieters) .
Seperti dilaporkan BBC, Kamis (19/6), hasil pemantauan terhadap wanita pengidap obesitas menunjukkan bahwa mereka yang menghabiskan setengah dari jatah kalori harian saat sarapan pagi mencapai hasil lebih memuaskan ketimbang rekannya yang mendapat sedikit kalori saat sarapan.
Peneliti dari Virginia Commonwealth University Amerika Serikat, Dr Daniela Jakubowicz, pada sebuah konferensi di San Francisco belum lama ini mengungkapkan hasil riset bahwa sarapan dengan porsi kalori rendah diyakini akan memicu rasa lapar.
Dr Jakubowicz sendiri telah merekomendasikan sarapan sehat dengan tinggi karbohidat kepada para pasiennya selama 15 tahun. Ia lalu membandingkannya dengan dengan sarapan rendah karbohidrat pada 96 wanita pengidap obesitas yang kurang aktif dalam beraktivitas.
Para wanita yang diberi sarapan rendah karbohidrat dipatok total jatah kalori hariannya hingga 1.085 kalori - dengan mayoritas sumbernya berasal dari protein dan lemak. Sarapan pada kelompok ini merupakan makan dengan asupan kalori terendah dalam sehari - yakni hanya 290 kalori dengan tujuh gram karbohidrat.
Sementara itu wanita denga sarapan tinggi kalori dijatah total kalori hariannya hingga 1.240 - denganporsi lemak rendah namun tinggi karbohidrat dan protein. Pada kelompok ini, sarapan pagi bernilai 610 kalori dengan 58 gram karbohidrat, makan siang benilai 395 kalori dan makan malam 235 kalori.
Selama empat bulan berjalan, wanita yang menjalani sarapan rendah karbohidrat tampak lebih baik. Berat badan mereka turun rata-rata hingga 28 pon dibanding kelompok tinggi karbohidrat yang hanya turun 23 pon. Namun setelah delapan bulan, situasinya menjadi terbalik di mana kelompok rendah karbohidrat berat badannya rata-rata naik 18 pon sedangkan, kelompok tinggi karbohidart terus mengalami penurunan berat rata-rata 16.5 pon. Kelompok tinggi karbohidrat rata-rata kehilangan seperlima dari total berat badan mereka, sedangkan kelompok rendah karbohidrat hanya kurang dari 5%.
Dominasi serat dan buah
Dr Jakubowicz melaporkan bahwa wanita yang sarapan tinggi karbohidrat mengaku tidak merasa lapar khususnya pada pagi hari . Dengan sarapan yang karbohidrat tinggi akan membuat seseorang lebih merasa kenyang selama seharian, membuat tubuh lebih sehat karena dalam menunya lebih banyak didominasi serat dan buah.
"Kebanyakan riset tentang penurunan berat badan telah menentukan bahwa karbohidrat yang sangat rendah bukanlah metode tepat untuk penurunan berat badan. Itu hanya akan memperburuk rasa lapar serta memperlambat metabolisme. Akibatnya setelah periode yang pendek dari program diet akan terjadi lagi obesitas dalam waktu singkat," ungkapnya.
Sementara itu Dr Alex Johnstone, dari Rowett Research Institute di Aberdeen, menilai diet tinggi karbohidrat hanyalah model yang tak membuat dieters menjadi cepat bosan. Alex mengatakan, meskipun banyak riset lain yang menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat adalah cara terbaik untuk menurunkan berat dalam waktu singkat, namun model ini sulit diterapkan sebagai gaya hidup.
Menurutnya, kemampuan mencapai lagi penurunan berat pada dieters bisa menjadi sebuah tanda monotonnya dua model diet tersebut ketimbang kemampuan dieters untuk mengendalikan rasa lapar.
"Sepertinya memang lebih mudah bagi seseorang untuk menjalani diet tinggi karbohidrat dan menerapkannya dalam waktu yang lebih lama," ujarnya,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar