Kamis, 03 April 2008

Kaum Adam Juga Rawan Osteoporosis

Sudah dari sananya, postur tubuh dan tulang pria lebih terlihat besar dan tegap daripada wanita. Tapi mempunyai tubuh tegap nan macho bukan jaminan bagi seorang pria dapat terhindar dari kerapuhan tulang atau osteoporosis.

Meski umumnya osteoporosis terjadi pada wanita, kaum pria juga rawan penyakit ini. Apalagi gaya hidup pria biasanya lebih mendukung untuk terjadinya penyakit ini seperti kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol.

Parahnya, para kaum Adam ini sering tak menyadari kalau dirinya mengidap osteoporosis. Sehingga tak sedikit penderita yang baru mengetahui ketika tulangnya patah karena melakukan hal yang sepele, misalnya mengangkat kardus dari lantai.

Padahal kaum pria mesti waspada beberapa hal yang kemungkinan menjadi pertanda adanya osteoporosis atau rapuh tulang. Semisal tulang patah hanya karena terpeleset atau terantuk benda, tubuh yang makin pendek dan makin bungkuk, atau pun sering mengalami nyeri tulang di seluruh tubuh.

Dokter Bambang Setyohadi, SpPD dari Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakutas Kedokteran, Universitas Indonesia mengakui kebanyakan kaum pria kurang waspada dengan osteoporosis. Apalagi osteoporosis umumnya terjadi pada wanita, terutama setelah menopause yang mengakibatkan penurunan kadar hormon estrogen secara drastis.

Padahal, pria pun dapat menderita osteoporosis dan umumnya terjadi pada usia yang lebih lanjut, sekitar 70 tahun atau saat memasuki masa andropouse atau ketika terjadi penurunan hormon testosteron. Hormon yang berperan pada proses remodelling (pembentukan) tulang dengan menghambat resorpsi (penyerapan) tulang yang berlebihan.

Menurut dr. Bambang, tulang merupakan organ yang dinamis, selalu berubah dan mengalami pembaruan. Proses ini dimulai dengan proses resorpsi atau penyerapan tulang yang diikuti proses formasi atau pembentukan tulang. Dalam keadaan normal, proses yang disebut remodelling ini berjalan seimbang.

“Kalau dahulu banyak yang menduga osteoporosis akibat tulang yang tipis dan teksturnya berubah sehingga mudah patah. Namun sekarang diketahui, tulang yang keras pun dapat patah karena kualitas tulang tersebut buruk,” papar dokter jebolan Universitas Indonesia ini.

Jika proses remodeling tak terjadi, lanjutnya, namun proses resorpsi tulang berjalan terus dapat mengakibatkan kekuatan tulang berkurang dan menjadi rapuh serta mudah patah.

Penyebab osteoporosis
Tulang merupakan jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk pada tubuh, menunjang berat badan, melindungi organ-organ vital serta dapat menyebabkan pergerakan tubuh karena sebagai tempat melekat otot-otot. Selain itu, lanjut dr Bambang, tulang manusia terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar yang keras dan lapisan dalam yang seperti spons.

Bila seseorang terserang osteoporosis maka tulang sebelah luarnya menjadi tipis dan mengakibatkan jaringan spons melebar sehingga tulang menjadi mudah retak. “Daerah yang paling sering timbul retakan adalah tulang di daerah bagian pinggul, pinggang dan tungkai,” paparnya.

Seperti jaringan tubuh lainnya, tulang juga jaringan hidup yang terus mengalami perubahan karena ada jaringan tulang yang diresorpsi (hilang karena jaringan tua) dan ada jaringan yang tumbuh baru. Pertumbuhan jaringan tulang tersebut dilakukan oleh hormon esterogen. Pada pria hormon esterogen didapat dari perubahan hormon testoteron di dalam darah.

Hormon ini pula yang mengatur kadar kalsium dalam darah, sehingga peningkatan kadar kalsium dalam darah akan meningkatan pembentukan jaringan baru. Sedangkan jika terjadi penurunan kadar kalsium dalam darah akan meningkatkan proses resorpsi pada tulang untuk memenuhi kebutuhan kalsium tubuh.

Perubahan hormonal akibat usia lanjut dan andropouse merupakan faktor penyebab terjadi osteoporosis primer pada kaum Adam. “Walau pria mengalami andropouse, namun tidak secepat menopouse pada wanita,” ungkap dr. Bambang.

Penurunan hormon seks pada pria tidak terjadi secara tiba-tiba melainkan terjadi secara perlahan dan bertahap. Hal inilah yang melindungi pria dari ancaman esteoporosis dini.

Kendati demikian, ada pula pria yang terkena osteoporosis pada usia produktif atau belum memasuki masa andropouse. Dokter Bambang mengakui beberapa kasus seperti ini pernah dijumpainya. Kala seorang pria yang berusia 40-an terkena osteoporosis. Padahal pria tersebut tidak andropouse, tidak menderita kelainan hormon seksualnya dan tidak mengidap penyakit apapun, namun dia menderita penyakit tersebut. Hal ini umumnya bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.

Kejadian osteoporosis primer pada pria selain pengaruh penurunan hormonal, juga dipengaruhi asupan kalsium, aktivitas, paparan Ultra Violet singkat dan matahari, gaya hidup yang tidak sehat dengan menjadi pecandu rokok dan alkohol.

Sedangkan osteoporosis yang diakibatkan hal sekunder, menurut dokter kelahiran Jakarta 48 tahun silam ini yaitu pemakaian obat-obatan tertentu dan berbaring terlalu lama serta kelainan hormonal. Selain itu, beberapa penyakit tertentu pun menyebabkan metabolisme tulang meningkat, sehingga terjadi pengeroposan tulang. Reumatik dan penyakit yang menyebabkan reaksi peradangan, misalnya, dapat memicu osteoporosis. Karena proses peradangan tersebut mengaktifkan sel osteoplasma yang berperan terjadinya resorpsi tulang.

Sayangnya, seringkali seseorang tidak mengetahui ia terserang osteoporosis, karena serangannya tidak diawali dengan tanda-tanda. Biasanya diketahui secara kebetulan pada saat pengambilan foto rontgen karena penyakit lain, kecelakaan ringan atau pada saat seseorang mengalami patah tulang (fraktur). Oleh kerena itu, penyakit ini disebut silent disease.

Pengobatan
Penyakit osteoporosis ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pria yang belum memasuki masa andropouse, bila konsumsi kalsiumnya tidak cukup untuk bisa membuat kepadatan tulang yang cukup dalam tubuh. Oleh karena itu, menurut dr. Bambang, saat ini tujuan pengobatannya tak hanya menebalkan kondisi tulangnya, tapi yang penting mengembalikan kekuatan tulang semaksimal mungkin agar tak mudah patah.

Selama ini mengatasi osteoporosis dilakukan dengan terapi sulih hormon dan obat-obatan serta operasi. Namun operasi hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu saja, seperti tulang punggung atau tulang belakang patah. Sedangkan terapi sulih hormon dilakukan setelah diketahui faktor penyebab yang jelas.

Pasalnya, terapi sulih hormon ini dapat meningkatkan faktor resiko kanker prostat, darah tingggi dan jantung. Sehingga untuk melakukan terapi sulih hormon harus dengan pengawasan dokter dan dosis yang rendah. “Selain itu, pengobatan juga dilakukan dengan meminum obat-obatan yang menghambat penyerapan tulang. Atau memberikan obat yang meningkatkan osteoblasb (pembentukan tulang),” kata dr. Bambang.

Bisa dicegah
Kendati osteoporosis dikenal sebagai penyakit silent disease, tidak berarti kedatangannya tidak bisa diantisipasi. Osteoporosis sebenarnya bisa dicegah, tetapi dengan beberapa persyaratan. Dokter Bambang menjelaskan, untuk mencegah osteoporosis, maka kebiasaan merokok, minum kopi, alkohol dan soft drink harus dikurangi.

Sebaliknya harus membiasakan mengonsumsi makanan mengandung kalsium tinggi seperti teri, udang rebon, kacang-kacangan, tempe atau minum susu. Apalagi kalsium merupakan elemen mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Pada berat tubuh 70 kg terdapat kurang lebih 1,200 gr kalsium. Dari jumlah tersebut, 99% berada dalam tulang rangka, sedangkan 1% berada di dalam jaringan lain dan cairan tubuh yang secara luas didistribusikan ke seluruh tubuh.

Kalsium sangat dibutuhkan tubuh untuk membantu proses pembekuan darah. “Kalsium juga sebagai katalisator berbagai proses biologi dalam tubuh dan mempertahankan fungsi membran sel," kata Bambang. Karena itu untuk dapat mempertahankan keseimbangan kalsium diperlukan lebih dari 1.200 gr/hari untuk usia 51 tahun ke atas, dan 1.000 mg/hari untuk 19-50 tahun.

Jadi, jika kekurangan kalsium tubuh akan mengambil cadangan di ‘bank’ tulang. Semakin lama semakin banyak kalsium diambil, tulang semakin tipis dan kemudian keropos.T etapi, yang perlu diingat dalam mencegah osteoporosis, gizi saja ternyata tidak cukup tanpa dibarengi latihan fisik, seperti senam osteoporosis untuk mencegah terjadinya pengeroposan tulang.

Dokter Bambang mengingatkan bagi pria yang sudah terkena osteoporosis, seharus melakukan olahraga tanpa beban. Terutama di daerah rawan keropos tulang, yaitu pada daerah tulang rawan bagian belakang, bagian pinggul, tulang paha, pergelangan kaki dan tangan.

Dengan latihan itu terus menerus maka penderita bisa melakukan gerak lebih terlatih. Namun sebaiknya penderita menghindari gerakan melompat dan membungkuk dengan posisi punggung ke depan, seperti gerakan mengambil sesuatu di lantai. Gerakan itu bisa menyebabkan tulang punggung dan tulang pergelangan kaki dan tangan patah.

“Selain melakukan pola hidup sehat dan menghindari rokok, alkohol dan kopi. Sebaiknya bagi pria yang telah memasuki usia senja melakukan pemeriksaaan untuk mengetahui dirinya mempunyai faktor resiko osteoporosis tidak,” tandas dr. Bambang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar