Kamis, 03 April 2008

Info kanker rahim

Kanker Leher Rahim, Pembunuh No. 1 Para Wanita di Indonesia
--------------------------------------------------------------------

Enam tahun yang lalu, koran dengan oplah terbesar di Indonesia Kompas, menulis tentang betapa kanker bisa menjadi penyakit terpopuler di abad 21. Dikatakan dalam tulisan tersebut bahwa nantinya di abad 21 satu dari empat penduduk Indonesia menderita kanker. Wow…

Masih di tulisan tersebut, menurut Prof. Dr. IDG Sukarja dari Yayasan Kanker Wisnuwardhana (YKW) Surabaya mengatakan dari 120 jenis kanker hanya empat yang sudah bisa disembuhkan, yaitu kanker darah, kanker kelenjar getah bening, kanker plasenta, dan kanker testis. Sementara kanker yang banyak dialami oleh kaum laki-laki adalah kanker hati, dan untuk kaum perempuan adalah kanker leher rahim.

Di awal tahun 2000, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh kematian seorang selebritis Indonesia, Nita Tilana. Kematian penyanyi mungil ini menyentak banyak pihak, terutama kaum wanita. Pasalnya, kematian Nita Tilana dikarenakan oleh kanker rahim.

Kepergian Nita Tilana juga mengingatkan kepada seluruh rakyat Indonesia, betapa kanker mengintai setiap saat. Jangan heran, jika setelah kabar kematian Nita Tilana yang banyak diekspose di media, memberi sebuah kesadaran bahwa pencegahan dini terhadap kanker –apapun jenisnya, sangat perlu dilakukan.

Sayangnya, kesadaran masyarakat Indonesia akan deteksi dini kanker sangat rendah. 70 persen penderita penyakit ini datang dalam kondisi parah (stadium III atau IV). Bandingkan dengan tingkat kesadaran masyarakat Jepang, misalnya. Di negeri Sakura ini, konon kanker rahim jarang sekali dialami oleh para wanita disana, karena mereka memiliki kesadaran untuk melakukan pencegahan sejak dini.

Kanker leher rahim

Yang dimaksud dengan kanker rahim adalah tumbuhnya sel kanker pada membran rahim. Beradasarkan tempat tumbuhnya, kanker rahim dibagi menjadi dua, yaitu kanker leher rahim (sel kanker tumbuh pada bagian leher rahim) dan kanker dinding rahim (sel kanker tumbuh pada bagian dinding rahim).

Karena fungsi leher rahim dan dinding rahim berbeda, maka susunan jaringan pembentuk dua bagian tersebut juga berbeda, sehingga sel kanker yang tumbuh juga tidak sama. Karenanya, walau sama-sama tumbuh pada rahim, kanker leher rahim tidak sama dengan kanker dinding rahim.

Kanker leher rahim (kanker servik) adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara uterus (rahim) dengan liang vagina.

Ada empat penyebab kanker leher rahim : pertama, infeksi virus human papiloma. Virus ini melalui hubungan seksual. Kedua, kontak seksual terlalu dini (berjubungan seks kurang dari 15 tahun). Artinya wanita yang berhubungan seks pertama kali pada saat usianya dibawah 15 tahun, maka memiliki risiko tinggi mengalami kanker leher rahim. Ketiga, berhubungan seks dengan banyak pasangan. Semakin banyak seorang wanita melakukan hubungan seks dengan beberapa pria, maka ia semakin tinggi berisiko mengalami kanker leher rahim. Keempat, merokok. Dari berbagai penelitian di negera-ngera maju telah ditemukan bahan konstituen rokok di dalam sel-sel epitel leher rahim.

Selain faktor-faktor di atas, faktor keturunan sangat memegang peranan seorang bisa mengalami kanker jenis ini atau tidak. Jika ibu Anda atau saudara perempuan dari pihak ibu atau ayah menderita kanker leher rahim, maka Anda mempunyai risiko 2 kali lebih banyak menderita penyakit yang sama.

Yang lebih menyedihkan, kanker leher rahim banyak dialami pada wanita di usia produktif (berusia 30-40-an). Akan tetapi saat ini terjadi peningkatan pada penderita berusia 20-an. Salah satu alasan yang dapat diberikan adalah karena semakin banyak remaja usia 20-an yang telah melakukan hubungan seks.

Menurut dr. Fielda Djuita, SpRad (K) Onk. Rad dari Bagian Instalasi Radioterapi RS Kanker Dharmais, Jakarta, di bagiannya kanker leher rahim merupakan keganasan pertama pada wanita pada periode tahun 1995-2002.

Masih menurut dr. Fielda, dari data yang diambil dari 13 pusat patologi di Indonesia menunjukkan prosentase kanker leher rahim pada kasus-kasus kanker yang menyerang kaum wanita, angka kejadiannya mencapai 28,7 %. “Sebagai contoh jumlah pasien di RS Kanker Dharmais, pada periode tahun 1995-2002 angka kejadiannya mencapai 1.259 pasien. Sedangkan pada periode 2003-2004, angkanya sudah mencapai 402 pasien,” jelasnya.

Sementara data Departemen Kesehatan menyebutkan di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk. Setiap tahunnya terjadi 200.000 kasus kanker rahim di Indonesia.

Tak ada gejala

Kanker leher rahim terbagi menjadi empat stadium. Sebelum menjadi sebuah keadaan yang disebut dengan stadium, sel-sel pada leher rahim mengalami perubahan yang disebut tahap pra kanker (kanker leher rahim stadium dini). Tahap pra kanker ini terdiri dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan kanker stadium 0. Proses perubahan dari displasia ringan sampai menjadi kanker stadium 0 memerlukan waktu 5 tahun.

Yang perlu digarisbawahi tidak semua displasia berubah menjadi kanker. 30%-35% kanker stadium dini akan menetap, atau berkurang tingkatannya, atau bisa hilang sama sekali.

Setelah pada tahap displasia , sel-sel akan berubah menjadi kanker invasif yang terdiri dari stadium I, II, II dan IV. Untuk menjadi kanker invasif memerlukan waktu cukup panjang, yaitu antara tiga sampai 20 tahun. Namun bila sudah sampai tahap kanker invasif, peningkatan dari stadium I sampai penderita meninggal bisa hanya memerlukan waktu kurang dari lima tahun.

Disebut stadium I bila sel-sel ganasnya masih berada di daerah leher rahim (serviks uteri). Pada stadium II, keganasannya sudah keluar dari leher rahim tetapi belum mencapai dinding panggul. Vagina bisa terjangkit tetapi sepertiga bagian bawah vagina masih bebas dari sel ganas. Stadium III bila keganasan sudah mencapai dinding pinggul. Bagian bawah vagina sudah terjangkiti dan akan terjadi gangguan fungsi ginjal. Sedang stadium IV, penyebaran sel ganas sudah mencapai organ di luar panggul.

Berbeda dengan penyakit menular seksual biasa, meskipun seseorang telah terinfesi virus hitopapiloma ia tidak akan merasakan ada sesuatu yang janggal pada dirinya. Pada orang yang telah terinfeksi virus ini, tidak lebih dari lima persen yang mengalami perubahan sel pada leher rahim.

Perubahan sel pada tingkatan yang ringan, 90% penderita dapat sembuh dengan sendirinya (tanpa pengobatan khusus). Namun bila tingkatnya telah tinggi, maka semakin tinggi pula risiko sel tersebut berubah menjadi sel kanker.

Bila keadaan ini dapat diketahui sejak awal, misalnya masih pada tahap perubahan bentuk sel atau sel kanker masih terdapat pada permukaan selaput lendir, maka pengobatan dapat dilakukan tanpa mengangkat rahim.

Biasanya, kanker leher rahim tidak disertai dengan gejala-gejala khas. Pada tahap ini statusnya masih pra karker (displasia dan kanker stadium 0). Atau kalau pun toh ada keluahan biasanya hanya keputihan.

Bila sel-sel kanker sudah berkembang, maka gejala-gejala yang lebih khas lagi akan timbul. Biasanya berupa keluarnya keputihan yang berbau busuk, perdarahan di luar masa haid atau pendarahan setelah berhubungan seks. Ada kalanya juga gejala-gejala khusus diatas tidak terjadi, tapi tahu-tahu penderita mengalami gangguan fungsi organ tubuh lainnya, sebagai contoh penderita mengalami gangguan fungsi ginjal.

Kanker Leher Rahim: Cegah dengan Pap Smear
----------------------------------------------
penyebab kanker leher rahim adalah HPV (Human Papiloma Virus) yang terbagi dua, yaitu low risk yang biasanya jarang sampai kanker, dan high risk yang menyebabkan terjadinya kanker.

Kaum perempuan yang berisiko terkena kanker leher rahim adalah mereka yang melakukan hubungan seksual pada usia di bawah 16 tahun, perempuan yang berhubungan seksual dengan banyak pasangan, atau perempuan yang berhubungan seksual dengan satu pasangan laki-laki, namun laki-laki ini sering berhubungan seksual dengan banyak perempuan. Selain itu, faktor kebersihan yang tak terjaga, juga kebiasaan merokok menjadi faktor risikonya. Rokok mempengaruhi daya tahan lendir cervix (leher rahim) terhadap infeksi HPV.

Gejalanya bisa dibilang tidak ada. Tetapi kanker leher rahim memiliki sifat yang cukup baik. Yaitu memiliki kondisi pra kanker yang akan memberi tahu bahwa beberapa saat lagi ia akan menjadi kanker. Ada tiga kelompok kondisi, yaitu kelompok pertama yang normal, kelompok kedua tidak normal tapi juga tidak kanker, kelompok ketiga adalah kelompok kanker. Kelompok kedua disebut dengan displasia, yang terbagi menjadi displasia ringan, sedang, dan berat. Setelah lewat displasia, barulah menjadi kanker. Masa transisi inilah yang harus diperhatikan, karena bisa bertahun-tahun terjadinya.

Periksa dengan pap smear
---------------------------------
Adanya masa displasia, paling tidak dapat menciptakan masa pengobatan lebih awal sebelum menjadi kanker. Namun syaratnya, harus ada pemeriksaan sedini mungkin. Pada kanker leher rahim, cara utama untuk memeriksa dan mencegah terjadinya kanker adalah memeriksa rahim dengan pap smear jika sudah pernah berhubungan seksual, setiap setahun sekali. Pencegahan lain, jangan berhubungan seksual dengan banyak pasangan, dan jangan merokok.

“Untuk mendeteksi kanker leher rahim harus melakukan pemeriksaan pap smear. Tujuannya untuk mendeteksi kalau-kalau ada perubahan pada leher rahim. Dengan papsmear, hasilnya mungkin saja termasuk kelompok normal, hanya ada peradangan. Atau bisa kelompok lainnya,” jelas dr. Amru Sofian, SpOG(K) Onk dari Yayasan Kanker Indonesia.

Pemeriksaan dengan pap smear akan berpengaruh pada pengobatan yang dilakukan oleh dokter. Sebenarnya, tujuan untuk menyuruh para ibu melakukan pap smear, agar kalaupun ada perubahan menjadi kanker, harus berada pada posisi kelompok yang kedua. Pada kelompok ini, masih bisa disembuhkan sempurna, karena ia belum menjadi kanker. Kondisi ini bisa langsung diobati dan sembuh sempurna.

Jika diketahui masih pada kelompok pertama yaitu normal, paling hanya ada radang. Peradangan bisa diobati dengan memberikan obat anti radang. Pada kondisi displasia yang ditemukan saat pap smear, akan dilanjutkan dengan pemeriksaan kolposkopi. “Jika perlu kita lakukan dengan pemeriksaan biopsi. Yaitu pengambilan jaringan untuk memastikan kanker atau tidak,” ujar dr. Amru. Pada biopsi, jaringan dari daging pada leher rahim diambil sedikit lalu dilihat dengan mikroskop untuk melihat tanda-tanda kanker. Biopsi hanya membutuhkan waktu yang tidak lama.

Pemeriksaan kolposkopi merupakan prosedur untuk melihat ke dalam vagina dan leher rahim yang tidak normal areanya. Contoh jaringan ini dapat diambil untuk biopsi. Saat pemeriksaan kolposkopi, dokter dapat langsung melakukan terapi. Terapinya dengan melakukan cryo atau pendinginan, yaitu dengan menggunakan alat untuk mendinginkan dan menghancurkan jaringan abnormal. Jaringan ini dibekukan sampai mati, dan jaringan yang rusak akan keluar.

Bisa juga dilakukan konisasi, yaitu prosedur mengambil bagian jaringan berbentuk cone (kerucut) dari leher rahim dan saluran rahim. Jaringan yang rusak ini diambil, sehingga pasien bisa sembuh. “Jadi kalau posisinya displasia, kita lakukan kolposkopi, pada kolposkopi ini dibiopsi, untuk mengkonfirmasi benar atau tidak hasil pap smearnya, dan terapinya bisa cryo atau konisasi,” papar dokter kelahiran 39 tahun lalu ini.

Ada tindakan lain seperti laser, yaitu operasi dengan menggunakan sinar laser sebagai pisau untuk membuat irisan minim darah pada jaringan atau untuk menghilangkan luka seperti tumor. Ada juga tindakan yang disebut LEEP (loop electrosurgical excision procedure), yaitu tindakan yang menggunakan aliran elektrik untuk menghilangkan jaringan abnormal atau kanker. Namun tindakan yang utama adalah cryo dan konisasi.

Kondisi kanker
------------------------------
Jika pada posisi displasia, seorang perempuan tidak pap smear dan tidak diobati, maka ia akan bergerak dari displasia ringan, sedang, berat, lalu masuklah pada kanker. Kanker terbagi menjadi stadium 1a, 1b, 2a, 2b, 3a, 3b, 4a, dan 4b. Terapinya masing-masing agak berbeda. Untuk stadium 1a hingga 2a, dilakukan tindakan operasi pengangkatan rahim secara radikal, yang disebut radical hysterectomy. Artinya pengangkatan rahim secara luas untuk mengambil kanker sampai ke akarnya. Untuk mengerjakan operai ini harus seorang dokter ahli yang bergelar onkologi.

Kondisi pada stadium awal tersebut bisa dioperasi dengan angka kesembuhan tinggi, di atas 90 persen. “Nah, jika sudah stadium 2b, 3a, 3b, 4a, 4b, sudah tidak bisa dilakukan tindakan radikal. Tidak bisa dioperasi, karena kanker sudah menyebar ke tempat lain, sehingga risikonya lebih besar. Terapinya hanya penyinaran atau radiasi. Supaya hasil radiasinya lebih baik, biasanya ditambah dengan kemoterapi. Selama ini, jika jadwalnya diikuti, kemoterapi dengan radiasi hasilnya pun cukup baik,” tambah dr. Amru.

Penyinaran atau radiasi merupakan pengobatan kanker dengan menggunakan sinar x-ray untuk membunuh sel kanker. Sedangkan kemoterapi merupakan pengobatan kanker yang menggunakan obat untuk menghentikan perkembangan sel kanker, dengan membunuh selnya atau menghentikan pembelahan sel kanker.

Efek samping kemoterapi pasti ada, dan kadang banyak orang takut pada efek samping ini, seperti mual, rambut rontok, dan lainnya. Namun, saat ini dengan kemoterapi yang sudah canggih, efek samping ini bisa terkontrol. Kalau takut muntah, sudah ada obat anti muntah. Kalau takut rambut banyak rontok, sudah ada obat untuk mencegah kebotakan. Kalaupun botak, toh, enam minggu kemudian rambut akan tumbuh kembali.

Pada stadium 1a, kadang tidak ada gejala, paling hanya keputihan yang berbau dan berwarna. “Jangan terbalik, kanker leher rahim bisa menyebabkan gejala keputihan dan berbau yang khas. Tapi keputihan yang berbau belum tentu kanker leher rahim,” ungkap dokter lulusan spesialis obgyn dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ini. Kalau sudah stadium 2 bahkan kadang pada stadium 1b, dimana sudah mulai besar lukanya, akan ada contact bleeding. Yaitu setiap berhubungan seksual dengan suaminya akan berdarah.

Stadium 2a dan 2b begitu juga, pada stadium 3a sama juga tapi dengan bau yang sudah mulai kuat. Darah keluar bukan hanya ketika berhubungan seksual, tidak berhubungan seksual pun mengeluarkan darah. Pada kanker stadium 3b, kankernya sudah sampai di dinding panggul, sehingga pasien sering tidak bisa kencing lagi. Karena aliran kencing yang berasal dari ginjal ke kantung kemih sudah terjepit, jadi tidak bisa kencing lagi. Pasien pun harus dipasang selang di pinggang. Pada stadium ini dilakukan terapi penyinaran, jika sudah sembuh, pasien bisa kencing lagi.

Lama terapi tergantung kondisi masing-masing pasien, namun untuk standar terapi di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, penyinaran diberikan 25 kali sinar luar yang dilakukan setiap hari, serta ditambah dua kali sinar dalam, sekali seminggu. Hasilnya cukup memuaskan. Penyinaran ini tidak terasa sakit, dan hanya dilakukan sekitar satu menit.

Ketahanan hidup
Pada kondisi kanker, tidak dibahas tentang kesembuhan, melainkan ketahanan hidup lima tahun. Jadi, jika masih stadium 1-2a dan dioperasi, ketahanan hidup lima tahunnya mencapai 95 persen. Artinya jika ada 100 orang dengan stadium yang sama, misalnya 1a dan telah dioperasi, dalam lima tahun ke depan hanya lima orang yang meninggal dunia, sedangkan 95 lainnya masih hidup. Berbeda jika masih dalam posisi displasia, jika jaringan diambil, maka akan sembuh total karena memang belum mencapai tahap kanker.

Namun, kanker ini bisa kambuh lagi. Setelah dioperasi atau juga disinar pun bisa kambuh kembali. Karena yang disebut sel kanker bisa menyebar ke mana-mana, kadang ia balik lagi. Jadi sebenarnya belum tentu pengobatan dan penyinaran akan menghilangkan seluruh sel kanker. “Yang namanya virus, dia tidak bisa mati. Ia akan kambuh lagi ketika daya tahan tubuh menurun. Kalau pola hidup tidak sehat, masih merokok, daya tahan cervix akan turun, sehingga virus menyerang kembali,” ujar dr. Amru.

Setelah pengobatan selesai, yang harus dilakukan pasien adalah melakukan pap smear lagi. Karena pap smear bertujuan mendeteksi awal kanker akan muncul lagi atau tidak. Jika cepat ditemukan bisa langusng diterapi. Sehingga angka penderita kanker semakin rendah. “Seseorang yang sudah pernah kena kanker, akan cukup baik jika melakukan pap smear setahun sekali, setelah pengobatan. Tapi jika ada sel-sel yang mencurigakan, jadwal pap smearnya lebih rapat, yaitu enam bulan atau tiga bulan sekali,” ungkapnya lagi.

Sekarang, sedang dikembangkan vaksin untuk mencegah HPV. Tahapannya baru sampai proses mengenali vaksin itu, karena tipe-tipe virus yang ada sangat banyak. Masing-masing negara memiliki virus yang berbeda, dan virus-virus ini bermutasi. Jadi, sebenarnya pengobatan pra kanker dan kanker leher rahim sudah baik.

Persoalannya, banyak pasien yang lebih dulu berobat ke pengobatan alternatif, sehingga yang seharusnya bisa sembuh menjadi tidak tersembuhkan. Banyak pasien yang akhirnya datang ke dokter dengan stadium yang sudah lanjut. Sebaiknya sejak dini pengobatan dilakukan dengan benar pada ahlinya yaitu dokter. Semakin dini diobati, semakin bisa disembuhkan.

Risiko Kehamilan
------------------------

Sebelum masuk ke fase kanker atau pada masa pra kanker, seorang perempuan masih bisa hamil. Kalaupun ia hamil kemudian diketahui ada kanker dalam leher rahimnya, kelahiran bayi bisa melalui operasi. Karena kalaupun lahir normal tidak akan bisa, karena rahim tidak akan terbuka akibat berdarah terus-menerus. Tidak ada efek pada bayi yang dikandungkan, dokter dapat mengoperasinya pada kelahiran usia 36 minggu. Jika sudah kanker dan seorang ibu ingin hamil, kemungkinannya lebih kecil. Karena ketika ia akan berhubungan seksual dengan pasangannya saja ia akan berdarah terus-menerus.

Pengobatan ibu hamil yang terkena kanker, proses penyinaran yang akan dilakukan akan penuh pertimbangan. Jika pun harus disinar, dilakukan pada akhir trimester pertama, atau bulan ketiga. Begitu juga dengan kemoterapi, dilakukan dengan penuh pertimbangkan risiko dan manfaatnya. Kalaupun penyinaran pada trimester ketiga itu, bukan untuk terapi, tapi untuk menghentikan pendarahan. Yaitu dengan 10 kali penyinaran, bukan 25 kali.

Apa Itu Pap Smear?
------------------------------
Pap smear merupakan suatu tes sederhana untuk memeriksa kesehatan leher rahim (cervix), juga merupakan cara terbaik untuk mendeteksi dan mencegah kanker leher rahim. Pap smear sebaiknya dilakukan pada hari ke-10 sampai ke-20 setelah hari pertama menstruasi. Malam sebelum akan melakukan pap smear, tidak boleh berhubungan seksual dengan suami. Mengenai biaya, sebagai contoh di RS Kanker Dharmais, biaya pap smear berkisar antara 70.000-80.000 rupiah.

Pelaksanaannya, pertama dokter akan menyuruh pasien berbaring telentang untuk pemeriksaan tersebut. Kemudian dokter akan menggunakan alat medis untuk membuka vagina. Selanjutnya, dokter dengan hati-hati akan mengambil beberapa sel dari leher rahim dengan mengusapkan semacam sendok plastik (spatula). Sel-sel tersebut dioleskan pada kaca preparat dimana sel-sel akan diperiksa di bawah mikroskop.

Kesadaran Pap Smear
-----------------------------

Pap Smear sudah lama dikenal. Sayangnya, hanya sedikit wanita yang mau dan sadar melakukannya. Padahal dengan melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin maka kejadian keganasan kanker leher rahim bisa diketahui pada tingkat yang paling dini. Dengan demikian tindakan pengobatannya pun bisa lebih mudah dan dengan angka kesempuhan total yang tinggi.

Jika lihat dari proses pengambilan bahan pap smear dan bagaimana pemeriksaannya sebagai upaya deteksi dini kanker leher rahim, sebaiknya para wanita tidak perlu ragu. Apalagi saat ini hampir semua rumah sakit besar yang ada di daerah pun, sudah tersedia fasilitas ini.

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Mengetahui gejala kanker leher rahim, dan semua penyakit lainnya, lebih baik daripada tiba-tiba sudah menderita suatu penyakit pada stadium lanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar