Penggunaan Tamiflu untuk pengobatan flu burung di Indonesia masih efektif. Walau diidentifikasi telah terjadi resistensi, namun kebenarannya belum dapat dibuktikan.
Deputi Bidang Pengembangan Sistem Iptek Nasional, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Prof DR Amin Soebandrio di Nusa Dua, Bali, Kamis (27/3) mengatakan, hingga saat ini Tamiflu masih dianggap efektif sebagai obat penyakit flu burung yang disebabkan virus avian influenza (AI).
"Kita belum sampai pada tingkat kekhawatiran untuk penggunaan Tamiflu tersebut," katanya, di sela-sela pertemuan tahunan ke-6 flu burung yang diikuti 25 negara diantaranya, Jepang, Indonesia, China, Vietnam dan Afrika Selatan yang berlangsung hingga 28 Maret mendatang.
Dia mengatakan, obat tersebut bisa saja terjadi resistensi jika dalam penggunaan terhadap penderita tidak sesuai petunjuk atau karena kelebihan dosis.
"Oleh karena itu dalam pemberian obat tamiflu tidak diberikan secara sembarangan bagi setiap gejala flu. Sebelum memberikan dosis tersebut dilakukan cek laboratorium untuk mengetahui si pasien, apakah si pasien positif menderita flu burung atau hanya flu biasa," ucapnya.
Menurut Amin, pemberian dosis tamiflu sangat ketat dan obat itu hanya ada di Puskesmas dan rumah sakit. Obat itu pun tidak dijual sembarangan termasuk di apotik-apotik.
"Langkah yang dilakukan pemerintah melalui Departemen Kesehatan untuk tidak menjual obat tersebut dengan tujuan menghindari agar masyarakat tidak cepat-cepat meminum tamiflu, pada hal sakitnya belum tentu mengarah kesana," kata Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar