Untuk mendapatkan rasa manis tanpa “dampak negatif” gula, manusia telah menciptakan berbagai produk gula buatan (sintetis). Berikut adalah beberapa produk gula sintetis yang kini ada di pasaran:
Sakarin
Sakarin adalah gula sintetis paling tua yang bahkan telah digunakan secara luas di Eropa pada masa sulit pangan di era Perang Dunia I dan II. Meskipun 300 kali lebih manis dari gula pasir, sakarin mudah dikenali karena bercita rasa logam/getir di lidah. Sakarin tidak menambah kalori dan glukosa darah karena tidak diolah tubuh (langsung di buang lewat urin). Penelitian mengindikasikan bahwa sakarin dapat memicu kanker. Namun, temuan tersebut tidak disepakati semua ilmuwan. Pemakaian sakarin di Indonesia masih banyak dijumpai pada produk minuman kelas bawah, seperti pada cincau dan cendol di kaki lima.
Siklamat
Siklamat diluncurkan pertama kali pada tahun 1937 dan bercita rasa mirip sekali dengan gula. Sifatnya tahan panas, sehingga bila dicampur dalam makanan yang dioven atau digoreng, rasa manisnya tidak berubah. Siklamat 30 kali lebih manis dibandingkan gula pasir.
Aspartam
Aspartam ditemukan pada tahun 1981 dan disukai karena rasanya yang lebih alami. Kini, banyak sekali minuman ringan, puding, permen dan sereal yang menggunakan aspartam sebagai pemanisnya (biasanya berlabel “diet” atau “zero/zero sugar”). Berbeda dengan sakarin yang tidak bernutrisi, aspartam memiliki kandungan kalori sekitar 4 kal/gram. Namun, karena rasanya yang 200 kali lebih manis daripada gula pasir, sedikit sekali takaran yang diperlukan untuk setiap penyajiannya. Aspartam terbuat dari dua unsur protein yaitu asam aspartic dan phenilalanin, sehingga diolah tubuh seperti halnya protein.
Sucralose
Diperkenalkan pertama kalinya pada tahun 2000, sucralose menjadi salah satu generasi terakhir pemanis buatan. Meskipun berasal dari senyawa gula pasir, sucralose 400-800 kali lebih manis dari gula pasir. Selain rasanya sangat manis, sucralose juga disukai karena tahan panas dan tidak mengandung kalori.
Apakah Pemanis Buatan Tersebut Aman?
Semua pemanis buatan tersebut secara resmi dinyatakan “aman” karena mendapat izin diperdagangkan oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan. Namun, sejumlah ilmuwan telah banyak menyuarakan dampak negatifnya terhadap kesehatan. Bagaimana pun, sebagai bahan kimia buatan yang tidak alami, mereka berpotensi menjadi racun bagi tubuh Anda.
Alih-alih mempertahankan gaya hidup “serba manis” dengan bergantung pada pemanis buatan, sebaiknya Anda tetap memilih gula alami, namun dengan disiplin diet yang baik. Penderita diabetes tidak harus berpantang gula. Yang perlu dilakukan adalah mengendalikan konsumsinya agar kadar glukosa darah tidak melampaui batas normal. Biasanya, konsumsi di atas 25 gram per hari tidak dianjurkan. Kadar aman untuk masing-masing orang berbeda, tergantung indeks berat badan (body mass index), tingkat gula darah saat ini, daya serap tubuh, dan faktor lainnya. Konsultasikan dengan dokter dan ahli gizi mengenai situasi Anda. Jangan lupa juga untuk selalu memonitor gula darah Anda secara teratur.
Pilihlah selalu gaya hidup alami yang lebih sehat, termasuk dalam mengkonsumsi gula!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar