Selasa, 01 Juni 2010

Pemeriksaan ketidaksuburan (infertilitas)

Pada tahap awal sebaiknya pasutri memeriksakan diri secara bersama-sama, kemudian pemeriksaan suami dan istri dilakukan terpisah. Tahapan pemeriksaan adalah :

I. Tahap wawancara

Tahap awal merupakan wawancara untuk pengumpulan data-data pasien tentang jatidiri, riwayat kesehatan, riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang, riwayat infertilitas, riwayat hubungan seksual, dan riwayat reproduksi.

II. Tahap pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik baik suami maupun istri meliputi :

  1. Keadaan fisik secara umum, seperti tinggi, berat, sebaran rambut, dll.
  2. Keadaan alat-alat reproduksi, seperti testis, vagina, klitoris, rahim, dll.
III.Tahap pemeriksaan laboratorium

  1. Pria

    Analisis sperma untuk mengetahui mutu air mani dan spermatozoanya, meliputi jumlah sperma/ml, bentuk, gerakan, jumlah dan persentase yang hidup serta pencairan air mani.

  2. Wanita
    • Pemantauan ovulasi, untuk menentukan apakah ovarium menghasilkan sel telur yang matang. Pemantauan ovulasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :

      1. Riwayat siklus haid: siklus haid yang teratur dan normal, nyeri per-tengahan siklus, perdarahan atau peningkatan luah atau cairan va-gina (vaginal discharge), mastalgia prahaid menandakan ovulasi telah terjadi.
      2. Uji pakis: pemeriksaan pada hari ke-23-28 siklus haid, istri diminta datang untuk pengambilan getah serviks dari kanal endoserviks ke-mudian dikeringkan pada gelas objek dan diperiksa pengaruh estro-gen. Jika tidak terdapat pola daun pakis dan kristal getah serviks berarti ovulasi telah terjadi.
      3. Suhu Basal Badan (SBB): SBB diperiksa setiap bangun pagi hari se-belum melakukan aktivitas apapun. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika wanita berovulasi, grafik akan memperlihatkan pola bifasik dengan tukik pada pertengahan siklus.
      4. Sitologi vagina atau sitologi endoserviks: memantau perubahan pada sel-sel yang tereksfoliasi selama fase luteal (pengaruh progesteron).
      5. Biopsi endometrium (mikrokuretase): dapat dilakukan secara poliklinis dengan pembiusan ringan atau tanpa pembiusan. Dengan memakai kuret kecil. Dilakukan pada 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya.
      6. Laparoskopi diagnostik : melihat secara langsung adanya bintik ovu-lasi atau korpus luteum sebagai hasil ovulasi.
      7. Peneraan hormon: menentukan kadar hormon dalam darah, urin mau-pun liur (saliva). Kadar normal dalam satu siklus :

        Jenis

        hormon

        Fase siklus haid

        Satuan

        Praovulasi

        Ovulasi

        Pasca ovulasi

        FSH

        mUI/ml

        5-20

        15-45

        5-12

        LH

        mUI/ml

        5-15

        30-40

        5-15

        PRL

        ng/ml

        -

        5-25

        -

        E2

        pg/ml

        25-75

        200-600

        100-300

        P

        ng/ml

        <5

        5-8

        10-30

      8. Histeroskopi: dapat memperlihatkan lukisan endometrium yang bening kekuningan, yang sesuai dengan fase luteal.
      9. Ultrasonografi: dapat memantau perkembangan folikel dan menentukan saat ovulasi. Pemeriksaan dilakukan secara serial.

    • Penilaian rahim dan saluran telur dapat dilakukan dengan beberapa cara :

      1. Biopsi endometrium: selain untuk penilaian ovulasi, juga dapat untuk pemeriksaan histologik lain, misalnya biakan terhadap tuberkulosis, menilai adanya hiperplasia endometrium. Terkadang dijumpai adanya hiperplasia fokal meskipun siklus berovulasi berdasarkan peneraan homon P plasma pada pertengahan fase luteal. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksan rasio P/E2 dan PRL/E2 bersamaan dengan biopsi endometrium.
      2. Uji insuflasi/pertubasi: CO2 ditiupkan melalui kanal serviks dan dibuat rekaman kymograf terhadap tekanan uterus, perubahan tekanan ber-arti tuba Falloppii paten. Gas ini juga dapat didengar dengan stesto-skop atau dilihat dengan sinar X.
      3. Hidrotubasi: prinsipnya sama dengan pertubasi hanya yang diguna-kan adalah cairan yang mengandung antibiotika Kanamycin 1 gram, deksametason 5 mg dan antipasmodik cair.
      4. Histerosalpingogram: dilakukan pada paro-pertama siklus haid, laru-tan radioopak disuntikkan melalui kanal serviks ke dalam rahim dan saluran telur. Perjalanan larutan tersebut dipantau di layar dengan penguat bayangan.
      5. Histeroskopi : melihat secara langsung keadaan permukaan endome-trium.
      6. Laparoskopi : melihat secara langsung dan menguji patensinya de-ngan menyuntikkan larutan biru metilen atau indigokarmin, dan de-ngan melihat pelimpahannya ke dalam rongga peritoneal. Laparoskopi juga dapat memperlihatkan perlekatan pelvis, endometriosis, dan patologi ovarium tetapi tidak dapat menggambarkan keadaan rongga uterus.
      7. Ultrasonografi atau endosonografi: menilai bentuk, ukuran, serta patologi uterus maupun tebal endometrium.
    • Analisis infeksi TORSH-KM (toksoplasma, rubella, sitomegalus, herpes sim-pleks, klamidia, mikoplasma).
    • Uji pasca-sanggama (UPS) untuk melihat apakah air mani sudah memancar dengan baik ke puncak vagina selama sanggama. UPS dilakukan 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta datang 2-8 jam setelah sangga-ma normal. Getah serviks diisap dari kanal endoserviks dan diperiksa de-ngan mikroskop, jika terdapat 20 spermatozoa per lapang pandang besar (LPB= x400) maka kemungkinan hamil cukup besar, antara 1-20 spermatozoa per LPB sudah memuaskan.
    1. Histeroskopi atau teropong rongga rahim
    2. Laparoskopi atau teropong rongga perut
    3. Tuboskopi/Falloposkopi atau teropong rongga salutan telur
    4. Hidrolaparoskopi atau teropong rongga panggul disertai penggenangan cairan
  • IV. Pemeriksaan Lanjutan



    Pemeriksaan endoskopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan alat teleskop (teropong) yang dimasukkan ke dalam rongga tubuh melalui saluran alami (kanal serviks: pada histeroskopi; kanal servik-rongga rahim, mulut saluran telur: pada tuboskopi/Falloposkopi), suatu pembedahan kecil (di daerah pusar atau umbilikus: pada laparoskopi; di puncak cekungan vagina belakang atau forniks posterior: pada hidrolaparoskopi).

    Ada 4 (empat) macam endoskopi dalam bidang ginekologi:

    Histeroskopi digunakan untuk melihat keadaan saluran mulut rahim, rongga rahim, mulut dalam saluran telur, besarnya rongga rahim, warna atau kejernihan selaput rahim, untuk membedakan polip endometrium dan leiomiom submukosum; untuk memastikan perlekatan dalam rahim dan kelainan bawaan dalam rahim; untuk me-ngenali kelainan-kelainan pada histerogram; serta untuk penatalaksanaan operasi pada sekat rahim yang menyebabkan keguguran berulang.

    Laparoskopi digunakan untuk melihat berbagai kelainan di dalam rongga panggul (pelvis) atau rongga perut (abdomen) misalnya kista (tumor) indung telur (ova-rium), tumor rahim (miom uterus), perlekatan di rongga panggul akibat infeksi atau endometriosis, bintil-bintil (lesi) endometriosis yang tidak terlihat dengan alat ultrasonografi, pembengkakan saluran telur (hidrosalpinks), dan juga bebe-rapa kelainan bawaan rahim seperti rahim dua-tanduk (uterus bikornis) atau tiadanya indung telur (agenesis ovarii).

    Tuboskopi atau Falloposkopi digunakan untuk melihat bagian dalam saluran telur, baik permukaannya maupun rongganya, misalnya adakah perlekatan akibat infeksi, penyempitan bawaan, dan hilangnya bulu getar (silia) selaput lendir (mu-kosa) saluran telur.

    Hidrolaparoskopi merupakan suatu teknik mutakhir untuk melihat suatu gangguan fungsi dan anatomik ujung saluran telur atau cekungan di belakang rahim (kavum Douglas), misalnya perlekatan ujung saluran telur (fimbria), endometriosis, miom uterus subserum di bagian belakang rahim atau kista ovarium.

    Pemeriksaan endoskopi tidak dilakukan begitu saja pada semua wanita, melainkan harus dengan dasar yang jelas, misalnya pada wanita infertil yang telah melaku-kan pemeriksaan infertilitas dasar sebelumnya tetapi belum diketahui penyebab infertilnya, dan pada wanita yang diduga adanya endometriosis, miom, tumor atau kanker rahim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar