Sebagian besar ibu yang mempunyai Berat Badan pra Hamil (BBpH) yang rendah dan PBBH yang tidak adekuat dapat berdampak negatif pada pertumbuhan janinnya, papar Helwiah Umniyati saat mempertahankan disertasinya untuk memperoleh gelar doktor dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Universitas Indonesia di Depok, Rabu (7/1).
Helwiah yang mempresentasikan disertasi berjudul Pengaruh Suplemen Multi Gizi Mikro terhadap Penambahan Berat Badan Hamil: Sebuah Studi Prospektif di Lombok dinyatakan lulus dengan yudisium sangat memuaskan.
Tujuan utama penelitian yang dilakukan oleh Helwiah ini adalah untuk menilai pengaruh suplementasi MGM terhadap PBBH dibandingkan dengan suplementasi Fe-Folat, yang merupakan program suplementasi pada ibu hamil di Indonesia sampai saat ini.
Studi ini menggunakan data sekunder dari SUMMIT (Supplementation with Multiple Micronutrients Intervention Trial), yaitu studi double blind controlled trial pada ibu hamil di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Pada studi SUMMIT suplementasi diberikan kepada ibu hamil sejak enrollment sampai tiga bulan setelah melahirkan dan 50 persen ibu hamil mengonsumsi 85 persen atau lebih suplemen yang diberikan. Perhitungan PBBH dilakukan dengan menggunakan formula yang telah teruji sebelumnya.
Dari 29.5 42 kohort ibu hamil pada data SUMMIT, 7.348 di antaranya diberi Fe Folat sebanyak 3.639 ibu hamil dan MGM diberikan pada 3.718 ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi: berat ibu hamil diukur dua kali selama kehamilan dengan jarak minimal 11 minggu, pengu kuran berat pertama dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu dan pengukuran kedua saat lebih dari 28 minggu kehamilan.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan PBBH yang bermakna antara ibu yang mengonsumsi MGM dan ibu yang mengonsumsi Fe-Folat.
Studi ini juga tidak dapat menunjukan secara pasti pengaruh suplementasi tersebut terhadap PBBH. Rerata PBBH di Lombok adalah 9,04 kg yang jauh lebih rendah dari pada rerata PBBH yang dianjurkan di negara berkembang yaitu sebesar 12,5 kg, papar Helwiah.
Dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, menurut Helwiah, PBBH di Lombok lebih tinggi dari PBBH di Madura yakni 6,6 kg, dan sedikit lebih tinggi dari PBBH di Purworejo (8,3 kg) dan di Indramayu (8,9 kg).
Sebagian besar (75 persen) ibu hamil di Lombok masih belum mencapai PBBH yang adekuat, terutama pada ibu-ibu yang mempunyai BBpH kurang dari 40 kg, proporsi dari PBBH yang tidak adekuat mencapai 97 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar